April 18, 2013

APRIL "T E D U H" II


            Diatas meja disamping buku yang dari tadi dilihat si wajah teduh ada sebuah sketsa wajah yang tidak lagi nampak asing baginya. Dia mengambilnya perlahan, lalu dibukanya satu persatu lembaran buku sketsa itu. Wajah pertama yang dia lihat adalah wajah yang hampir dua tahun menemaninya, diujung kanan sebelah bawah si pemilik buku menulis sebuah inisial “R”.
            Lalu, kembali halaman berikutnya dia buka, disana dia melihat siluet wajahnya yang sedang tersenyum. Mata sayu, hidung mandung, dan sebuah senyuman yang selalu ada diwajahnya. Kembali dia tersenyum, sambil bergumam, “Kamu ini selalu baik seperti ini ya?” Si pemilik wajah teduh kembali membuka halaman selanjutnya, dihalaman ini dia sempat bertanya-tanya siapa sosok pria yang digambar ini? Kembali diujung kanan bawah dia menulis sebuah inisial “AH”. Halaman berikutnya pun masih orang berinisial AH yang terlihat, dan hampir seluruh buku sketsa wajah pria inisial AH ini yang memenuhi buku.
            “Apa pria ini yang sekarang benar-benar membuatmu jatuh cinta?” ucap si wajah teduh. Di halaman terakhir ada sebuah tulisan tangan milik si pemilik ruangan.
            Seseorang pernah bertanya, “Kenapa kamu menyukainya?” dan selalu saya jawab, “Tidak ada alasan untuk tidak menyukainya.” Lantas mereka tertawa lalu berkata “Setiap orang yang jatuh cinta selalu punya alasan kenapa dia jatuh hati pada orang itu. Misalnya, karena dia tampan, kaya raya, atau karena dia baik. Dan bla… bla… bla…” Menurutku orang yang berkata demikian tidak paham alasan mencintai seseorang.
          Lalu saya berucap, “Jika kamu mencintai seseorang karena dia tampan, bagaimana jika dia mengalami kecelakaan dan wajah tampan itu berubah menjadi sangat mengerikan. Apa kamu masih bisa berkata kamu mencintainya? Lalu jika kamu menyukai seseorang hanya karena dia kaya raya. Bagaimana jika dia jatuh miskin, apa kamu masih bisa bilang kamu mencintainya? Dan jika dia tidak lagi baik, sebaik dia dulu masih menjadi kekasihmu, apa kamu akan tetap mencintainya? Manusia itu gampang berubah, tidak tetap.”
          Dia terdiam cukup lama setelah saya berkata demikian. Tapi karena ego, buru-buru dia jawab, “Setidaknya saya punya alasan mencintai seseorang. Daripada asal suka!” kembali saya tertawa mendengarnya, dia menatap saya dengan begitu kesal, seolah tatapannya berkata, “Daripada kamu?” Lalu kembali saya berucap, “Saya menyukainya karena Allah. DIA yang menitipkan rasa ini, memberi rasa ini tanpa alasan “Kenapa?” karena itu saya tidak pernah punya alasan menyukainya kecuali karena ALLAH.”
          Dia terdiam lagi, kali ini cukup lama. Jingga sore itu ikut tersenyum melihat kami dari bingkai jendela. Ku harap masih ada waktu untukku bertemu jingga. Sekedar menyapa atau mengobrol atau sekedar bertanya tentang kabarnya. Dia yang begitu menyukai senja.
            Si wajah teduh kembali membuka halaman selanjutnya, disana ada gambar seorang wanita yang mengenakan pakaian pengantin sedang duduk dengan wajah sendu, sementara jingga dibelakangnya tersenyum bahagia. Diujung kanan bawah bukan lagi sebuah tulisan inisial dari gambar itu tapi sebuah nama ‘Arina Astari Wijaya’.
            Pemilik ruangan yang begitu menyukai senja dan jingga. Si wajah teduh menutup buku sketsa milik Arina. Dia menatap langit sore itu dari jendela kamar Arina, jingga ada disana dan seolah Arina juga ada disana sedang menatapnya dari langit yang berwarna jingga.
            “Fitri mau ikut ke rumah sakit?” Ucap seorang perempuan paruh baya yang begitu terlihat datar. Si wajah teduh tersenyum seraya mengangguk, dia menutup jendela dan kembali membiarkan ruangan itu kosong seperti semula.

2 komentar: