November 12, 2015

Tulisan : Si Pengkhayal

Aku pernah berkhayal tinggal di sebuah rumah sederhana denganmu. Sebuah rumah yang tidak begitu besar juga tidak begitu kecil. Rumah yang pas untuk kita berdua dan tiga orang anak seperti yang pernah kamu bilang, ingin memiliki 3 anak saja. Sebuah rumah yang memiliki kebun sayuran, hasil jerih payah kita bercocok tanam sendiri, jadi kita tidak perlu lagi membeli sayuran di pasar, kapanpun kita mau kita tinggal memetik saja. Sebuah rumah dengan banyak jendela, agar pagi-pagi kita selalu cerah, agar malam-malam kita selalu ramai bintang-bintang.


Aku pernah berkhayal, malam-malam berikutnya denganmu tidak lagi aku menunggu pesan darimu, namun menunggui mu di balik pintu rumah sederhana kita dengan seember baskom dan air hangat didalamnya untuk membasuh kakimu. Sebab aku tahu, pekerjaanmu benar-benar akan sangat melelahkan. Jadi, hanya dengan air hangat dan handuk aku bisa tahu bahwa tanganku berhasil meringankan sedikit lelahmu setelah seharian bergelut dengan banyak orang.

Aku pernah berkhayal, menulis sebuah buku tentang bagaimana Allah mempertemukan kita. Tentang bagaimana DIA mengatur pertemuan kita dan menjadikan kita sepasang manusia yang tetap bertahan dengan kuat. Dan ku bayangkan bahwa bukuku itu akan sukses di pasaran, sebab ada kamu yang membantuku menulisnya.

Aku pernah berkhayal bahwa semua kyalanku itu benar-benar terwujud nanti.
Sayangnya aku berkhayal terlalu tinggi hingga lupa bahwa saat jatuh sakitnya akan lebih parah.
Setidaknya khayalan-khayalan itu masih menggantung di langit-langit mimpiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar