Juni 21, 2014

ARINI LESTARI ARIS

Ah, bagaimana mungkin aku bisa bercerita tentang perempuan ini. Bagiku dia begitu buruk, tidak ada hal yang baik di dirinya kecuali dia senang tertawa dan makan banyak. Makan banyak pun masih kadang memberatkan orang lain. Tidak pernah sekalipun dia senang di sebut dengan nama lengkapnya, paling senang dia menggunakan nama "ARINI ARIS" katanya kalau disingkat seperti sebuah kode rumit dalam novel-novel detektif. Padahal mudah saja di tebak.

Arini yang sering disebut Arin, Rini, Atau Arini adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Senang dia mengatakan "Anak tengah. Anak yang paling pertama meninggal dunia nanti." Perihal kematian dia selalu penasaran, berfikir bagaimana dia akan meninggal nantinya. Inginnya sih meninggal dalam khusnul khatimah, di sujud terakhirnya di waktu Subuh. Ketika ditanya kenapa subuh dia hanya menjawab "Soalnya hanya di subuh hari Allah begitu dekat dengan umatnya yang bangun tepat waktu dan bersujud lama dengannya." Kematian baginya seperti sebuah kejutan yang disiapkan Allah. Tidak tahu kapan datang, namun dia percaya Allah akan memanggilnya ketika tugasnya di Dunia telah selesai.

Arin itu suka ngayal gak jelas. Imajinasinya terlalu tinggi. Kadang dia bermimpi ingin menjadi seorang presiden. Tapi begitu melihat kondisi negara yang di huni dengan bedebah-bedebah pengguna topeng dia pun enggan meneruskan mimpi itu. Kini dia hanya ingin membangun sebuah yayasan untuk adik-adiknya, membuat sebuah perubahan persepsi tentang ekonomi menengah ke bawah. Memberi sedikit ruang untuk anak-anak di kota berkembang dan mandiri. Itu mimpi besarnya, dari mimpi-mimpi besar itu mimpi kecil pun menyusul. Menikah dan memiliki anak misalnya. Kadang kala dia selalu bergumam "Jika nanti saya punya anak, dari anak saya pandai berjalan akan saya ajarkan dia untuk berbagi. Kalau bisa jadi hafidz/hafidzha juga sih, hihi~" Membahas anak-anak dengannya bisa berjam-jam.

Perempuan yang sangat menyukai bakso ini senang duduk berlama-lama di tempat terbuka, melihat langit biru dengan awan putih adalah kesukaannya. Pun dengan bintang-bintang dan bulan. Dia suka Sirius, juga Bulan. Anak perempuan ini yang sering dipanggil kak Arin senang berbicara dengan benda mati. Baginya semua benda memiliki nyawa, mereka bisa mendengarkan. Hampir setiap pagi dia berbicara dengan Pink, motor maticnya. Ada kalanya juga dia ngobrol dengan benda langit. Aneh memang, namun bagian itu membuatnya belajar untuk tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak begitu penting. 

Perempuan dengan tinggi 165 cm ini sangat tidak tahu menggunakan high heels. Baginya, high heels itu bagian tidak penting dari buatan manusia. Ketika dia tanya kenapa dia berkata demikian, dengan polosnya dia menjawab "Heels itu seperti ego manusia, semakin tinggi semakin enggan dia menunduk." Entahlah, apa hubungannya ego dengan heels. Hanya dia dan Tuhan yang tahu. Perempuan satu ini tidak suka bawang goreng, juga sayuran tertentu. Dia punya kebiasaan aneh saat membaca. Bergumam sendiri, atau sekedar berkomentar tentang buku. Jika mudah di tebak, tidak akan dia melanjutkan membaca sebuah buku. Arin juga senang ke bioskop, ada kalanya dia pergi hanya untuk sekedar tidur. Katanya "Kadang kala tidur saya berkualitas ketika di bioskop."

Perempuan yang sedang melanjutkan studi ini sangat suka memuji dirinya sendiri. Iya soalnya tulisan ini dia sendiri yang buat. Mana ada orang yang mau menulis tentangnya. 

Itu saja tentang Arini Lestari Aris. Perempuan yang senang menulis, berimajinasi, makan, tidur, berteman, sosial, nonton, membaca, dan menyukai Manusia Fiksi ini bisa kalian temukan di beberapa kelas di SSC Makassar. Jika dia tidak sedang di sana artinya dirinya sibuk di kamar dengan laptop di depannya selama berjam-jam. atau jika tidak pula di kamar, mungkin di samping kalian sedang memperhatikan kalian (Ini kenapa jadi horor).

Namanya Arini Aris, perempuan paling tidak baik di kota Makassar (Tergantung penilaian kalian sih ya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar