Masih saja masalah tugas akhir perkuliahan yang membuat Arin jenuh untuk beberapa hari sibuknya. Sedikit revisi justru membuatnya makin malas membuka lembaran demi lembaran tugas akhir yang telah tersentuh dosen pembimbing. Setelah di hantam keras dengan pertanyaan-pertanyaan seputar konsultasi pertamanya, dia pun enggan mencari tahu lagi. Anak perempuan satu ini memang lebih senang mengumpulkan mood sebelum memulai sesuatu. Dan tebak saja, moodnya baru setengah terkumpul, alhasil pekerjaannya juga hanya setengah. Masih ada dua bab yang belum dia revisi.
Anyway, khayalannya malam ini bukan pada tugas akhir yang entah kapan bisa membuatnya mendapatkan beberapa huruf untuk menambah panjangnya namanya. Malam ini, sebuah coretan yang tanpa sengaja dia temukan jatuh di belakang lemari berhasil membuat fokusnya hilang di tugas akhir. Padahal hanya sebuah kalimat yang tanpa makna sama sekali "Menikah di Usia 25 tahun". Itu catatan pertama yang dia temukan, sebuah tulisan lama dari tahun 2011. Iya, empat tahun mimpi itu masih juga menggentayangi.
Mungkin karena pengaruh lingkungan, iya. Sebenarnya seseorang bertingkah karena pengaruh dari lingkungannya. Pun dengan perempuan yang senang menanggalkan kacamatanya ini. Dia senang melihat dunia yang kabur tanpa kejelasan sama sekali. Karena baginya, ketika sebuah harapan datang tanpa dia menggunakan kacamatanya pun harapan itu akan terlihat sangat jelas. Oh iya, balik lagi ke masalah lingkungannya. Ibunya pernah berkata "Nanti kamu nikahnya di usia 25 tahun saja nak. Yah, kalau semisal kamu punya calon. Atau mau ibu carikan?" Ahh~ jaman sekarang Siti Nurbaya masih mengalahkan Agnes Monica yang udah Go Internasional. Lalu pernah juga ibunya berkata "Kakak kamu nikah di usia 25 tahun. Kamu juga harusnya di usia seperti itu."
Entahlah, hanya perasaannya saja atau memang ibu-ibu makin lama makin khawatir. Wajar sih soalnya wanita ada batasnya baiknya. Tidak seperti pria, bisa kapan saja kan. Mungkin karena ini juga akhirnya tulisan itu jadi bagian kesekian di deretan "Thing's To Do" miliknya. Senyum itu kembali mengembang kala mengingat betapa seringa ia membayangkan hari bahagia itu. Tapi pada akhirnya, pikirannya sedikit logis. Iya, ini juga karena pengaruh lingkungan. Dan kenyataan yang dia lihat.
Menikah itu menyatukan dua pemikiran yang begitu berbeda. Bisa saja mudah, tapi pada kenyataannya sangat sulit. Saling mengerti satu sama lain, memahami apa yang sebelumnya susah untuk di pahami. Menikah itu berjanji di hadapan Allah. Memegang janji itu hingga Allah benar-benar berkehendak untuk memisahkan dua manusia itu. Menikah itu, bukan hanya mengandalkan rasa sayang satu sama lain. Sudah menjadi realita bahwa menikah akan mengikutsertakan orang-orang lain di dalamnya. Membuat kubu-kubu yang penuh sekat itu merapat tanpa sekat. Itulah menikah, bukan sekedar sepasang anak manusia namun beberapa manusia lainnya.
Menikah itu butuh kedewasaan yang tidak datang hanya sekali ketika sebuah persoalan kecil menghampiri sebuah hubungan. Menikah itu butuh kerja keras, mempertahankan dan membuat harmonis. Menghilangkan ego untuk tetap menjaga senyum satu sama lain. Membuang amarah untuk menjaga hati satu sama lain. secara umum dari apa yang perempuan ini tahu. Menikah itu seperti ini.
Namun, yang paling utama. Menikah itu butuh uang yang cukup banyak. Entahlah, nominalnya tidak begitu dia ketahui yang dia tahu. Menikah itu menemukan sebuah rumah yang akan selalu membuatmu rindu untuk pulang. Sebuah tempat dimana ego, emosi, dan perasaan tidak baik lainnya hilang. Sebuah tempat dimana kebahagian kecil tidak akan pernah hilang darimu. Menikah itu berdiam di satu rumah yang selalu bisa membuatmu nyaman untuk tertawa, menangis, terlihat cantik/tampan, bahkan terlihat jelak.
Dream paper yang dia temukan, kembali dia sisipkan di beberapa tumpukan majalah. Manusia boleh saja bermimpi, merencanakan, bertindak sesuai dengan kenginginannya. Namun, pada akhirnya kembali Allah yang menentukan. Kali ini perempuan itu hanya berserah saja sama Penciptanya. Jika tiba waktunya, ada saatnya dia akan menemukan sebuah rumah yang menerimanya dengan segala kekurangan dan kelebihan. [ ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar