Mei 10, 2014

Bukan Apa-Apa

   Hujan lagi-lagi turun, mendung juga dingin kembali menyapa. Di sudut kamar seseorang tengah sibuk dengan selimutnya. Menutupi tubuh kurusnya agar sedikit hangat. Sembari sesekali mengecek ponselnya matanya masih fokus pada bacaan yang tertera di laptop pinjamannya malam ini. Sebuah jurnal penelitian. Beberapa hari memang dia tengah di sibukkan oleh tugas akhir kampus. Pada akhirnya dia menunjukkan perhatian pada dirinya sendiri bukan lebih kepada orang lain.

    Ipe, sebuah julukan untuk media tulis menulisnya masih juga menemani dirinya kala susah dan senang. Beberapa hal yang tidak menyenangkan di tulisnya di sana. Dan setiap kali ia baca ada rasa sesak yang dia rasa. Entahlah, semacam ia ingin menangis namun tidak ingin. Perihal perlakuan, segala macam perlakuan sudah sangat sering dia dapatkan, mulai dari yang paling baik sampai paling gak baik sekalipun. Toh hatinya sudah terlalu sering terluka. Jadi biasa saja jika dalam sehari ia menangis karena luka, besoknya luka itu akan menutup dengan sendirinya tanpa dia minta. Mungkin bekasnya saja yang masih terasa perih ketika terkena air.

   9 May, awalnya hanya sebuah tanggal. Bentuk yang ia terakan di kalender pun telah berubah. Dulu dia senang membentuk semua tanggal dengan bentuk yang menyenangkan. Sekarang hanya sebuah kotak kosong yang tidak ada artinya sama sekali. Bahkan sempat lupa kejadian penting di tanggal ini. Menurutnya jika seseorang berkeinginan sekedar menemanimu tanpa bertemu sama sekali tidak perlu ada tanggal yang di lingkari kan? 

   Bahkan setelah seminggu entah kenapa hatinya masih merasa lebih baik jika dia tidak bertemu dengan seseorang. Tidak melihatnya justru membuatnya merasa lebih nyaman. Apa mungkin hal seperti ini juga menjadi yang orang tersebut inginkan? Sekedar saling menyapa melalui aplikasi chat, tidak perlu saling bertatap muka. Entahlah, hati manusia siapa yang bisa menebaknya.

Selamat malam manusia fiksi yang kian nyata...
     Banyak hal yang sangat ingin saya lakukan hari ini. Mulai dari rencana A hingga Z. Mulai dari 1 hingga 10. Tapi yang berhasil saya lakukan hanya satu. Itu juga butuh bantuan dari orang lain. Tahukah kamu, hari ini saya bisa menjawab pertanyaanmu tiga hari yang lalu, "Emang bisa?!" Ya, saya bisa. Jika kamu memang yang memintanya, saya bisa lakukan apa saja. Termasuk untuk tidak bertemu.
     Rindu? Tentu saja.... Banyak rindu untukmu disini, hanya saja saya menahannya agar tidak jadi salah di hadapanNya. Tidak lagi ingin saya membuatmu salah di hadapanNya, jika memang ada yang salah. Maka sumber kesalahan itulah yang patut di hukum, yaitu SAYA. Setidaknya saya sering mengatakan hal itu padaNya, jadi tidak perlu khawatir.
     Bagaimana kita? Banyak hal yang selalu saya pikirkan jika menyangkut kita. Kamu tahu kan, ada kalanya saya tidak yakin bisa tahan hidup lama disini. Bukan juga sih pengen cepat-cepat pulang. Ah~ sudahlah tidak perlu kita membahas itu. Suratku malam ini hanya ingin berterima kasih.

Untuk setiap hal baik yang telah kamu lakukan, untuk setiap kesabaran kamu terhadap saya, untuk setiap nasehat, juga perihal yang baik yang kamu bagikan dengan saya. Saya sangat berterima kasih. Maafkan saya untuk setiap kekurangan saya. 

Kamu adalah pemberian terbaik Allah untuk saya. Saya ingin hidup, bersamamu bukan 89 hari saja. Tapi ribuan hari. Oh tidak, selamanya~


Kertas berwarna biru itu dia lipat membentuk burung. Satu bangau untuk satu harapan. Malam ini harapannya sedikit besar. Bukan pada manusia fiksinya lagi, namun pada Penciptanya. Karena akhir yang bahagia masih berharap kembali yakin ada di dalam kehidupannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar