Mei 06, 2014

Membela Salah...

     Hari ini tampak begitu berat baginya. Entahlah, satu senyuman saja sangat susah dia buat di wajahnya. Sejak pagi seolah ada awan hitam yang terus menempel di atas kepalanya, menambah rasa muram sejak semalam. Tak kunjung dia di gangguin, hanya tersenyum tipis. Diledekin apa hanya membalas seadanya. Otaknya hanya merespon bagaimana agar senyum yang dia buat tidak terbaca oleh orang lain bahwa dia sedang menyembunyikan luka. Sebuah rasa malu juga rasa... ah entahlah. Dadanya selalu terasa sesak setiap kali mengingatnya.

"Jadinya, satu minggu ini tidak boleh ketemu kita? Bahkan untuk ngobrol di sosmed juga tidak boleh?" Ucap Bulan.

"Emang bisa?!" Balas Sirius.

Entah kenapa, dalam setiap kalimat yang Sirius lontarkan malam itu seolah terselip benci untuk Bulan. Sebuah kebencian yang mungkin sudah lama terpendam. Muncul di permukaan dan membuat jarak.

"Tahu gak, kamu seolah bilang "Kita jalan masing-masing saja." Tapi gak enak ngomong sama aku." Lagi-lagi Bulan mencoba mencerna sikap diam Sirius hari itu. 

"Gak sampe kesana juga." Balas Sirius singkat lagi.

Entah apa yang telah Bulan lakukan hingga membuat Sirius yang sabar, yang tidak pernah bersikap aneh, tiba-tiba berubah dingin. Jika Sirius sudah punya niat seperti itu, akan ada hal-hal lain yang mendorong niat itu untuk sampai pada itik akhir. Sempat pula Bulan shock mendengarnya. Niat untuk istirahat setelah lelah mengurus ini-itu dia batalkan. "Jika ada tingkahku yang salah, maafkan. Tidak pernah sekalipun saya membenci. Tapi kenapa justru kamu terlihat begitu membenciku? Sebenarnya apa yang sudah saya buat?" Ucap Bulan dalam hati.

"Kamu itu selalu memaksa kalau ada maunya. Susah dibilangin, aku gak suka sifat kamu ini." Ucap Sirius dalam obrolan.

Bulan berkata dalam hati, "Maafkan jika sikap yang satu ini membuatmu muak. Saya hanya tidak suka menyimpan masalah terlalu lama. Jika bisa dibicarakan sekarang, kenapa harus menunggu waktu yang pas?"  Kemarin itu, kali pertama Bulan mencari jalan menuju Sirius. Entah apa yang membuatnya sangat ingin pergi. Namun karena Sirius tampak tidak ingin bertemu, Bulan pun kembali pulang. Kembali mengingat jalan yang telah dia lewati sebelumnya.

Lalu memori kemarin seputar Sirius berkomentar tentang dosa. Kadang kala manusia lupa bahwa ada dosa kecil yang senantiasa mereka ulang. Bulan tahu hal itu, bahkan jauh hari sebelum mengiyakan Bulan selalu berbicara dengan hatinya. Alasan terlalu menyukai mungkin membuat Bulan terlalu sering mengulang. Padahal setiap kali Bulan tiba di pembaringan dalam setiap sujud terakhirnya, dia pun memohon pada Penguasa Langit agar dosa kecil yang di katakan Sirius padanya kemarin di limpahkan ke dia. Karena Bulan sadar, dia yang memulai dan harus bertanggung jawab. Bulan selalu punya cara agar bisa tawar-menawar dengan Penguasa Langit. Dan selalu cara itu berhasil, untuk beberapa kondisi.

"Sayang tidak harus di tunjukkan dalam tingkah."

Ketika seseorang pernah kehilangan, cara apapun akan dia lakukan untuk menjaga yang ada di dekatnya. Bulan hanya ingin Sirius tahu kalau dia tidak main-main, benar-benar tulus. Karena sebelumnya ada seseorang yang begitu dekat dengannya hanya melalui ucapan dan endingnya benar-benar menyakitkan. Lalu jika lewat doa, bukankah dua tahun silam cara ini dia gunakan hingga sekarang. Tapi Bulan memang merasa dia salah. sangat salah.

Dalam tulisan terakhirnya Bulan menulis, "Maafkan saya jika tidak bisa sesempurna wanita yang memiliki inisial yang sama denganmu. Dia yang selalu mengingatkanmu pada Penguasa Langit. Bedanya, saya tidak pernah mengingatkanmu, hanya mendoakanmu."

Setiap orang yang salah berhak untuk membela dirinya kan, bahkan ketika pembelaannya salah sekalipun.

Rasa percaya itu kembali hilang. Entahlah, sejak seseorang kembali menguatkan rasa percaya itu, dia juga yang membuatnya hilang. Happy ending? Sempat pula mengobrol dengan Penguasa Langit. Bertanya, "Jika tidak ada happy ending di akhir cerita kehidupan saya, akankah ENGKAU mengabulkan jika saya memintaMu menjemput sesegera mungkin? Mungkin Happy endingnya saya ada di SurgaMu bahkan Surga terendah sekalipun."

Dia menutup malamnya. Dari kemarin nafsu makannya tidak juga kunjung muncul. Entah sudah seharian lebih dia tidak makan, hanya minum. Salah tidak dapat di bela, Sirius benar. Hanya cara menyampaikannya yang salah, atau Bulan terlalu menggunakan hatinya bukan logika. Sedikit sikap sirius yang aneh membuatnya menyangka sirius benar-benar membencinya. Mereka berjarak. Bukan karena jauh tapi karena ada yang membuat jarak itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar