Assalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh
Katanya
jika menyapaMu saya harus menggunakan salam dengan benar. Benarkah salamku
diatas itu Tuhan? Semoga iya, karena perihal agamaMu masih saja saya dalam
proses belajar. Perkenalkan namaku Alista, biasa di panggil Lis, Tata, atau
Ali. Kebanyakan teman cowokku memanggilku dengan sebutan Ali, sebutan yang
menurut mereka cocok dengan kepribadianku. Saya penghuni daratanMu yang sedikit
bandel, teledor, lambat loading, gak nyambung kadang-kadang, juga yang paling
sering bertingkah kekanak-kanakan. Oh iya, sebelum menuju ke inti suratku
bolehkan saya sedikit bercerita Tuhan? Ini perihal kehidupan yang baru saja
akan saya mulai.
Sebulan
yang lalu, seseorang baru saja dekat denganku. Entahlah bagaimana kami
kedepannya. Dia baik, paham tentangMu dan begitu besar hati. Namanya Rianditya,
sering saya memanggilnya dengan sebutan Dit. Tiga huruf itu terdengar cukup
lucu untukku. Status hubungan kami? Tenang Tuhan, saya paham betul denganMu. Kami
tidak berpacaran, tidak. Kami hanya saling menjaga satu sama lain, berusaha
mendapatkan restu dariMu. Semoga...
Lalu,
beberapa minggu ini setiap malam saya selalu merasa aneh di paru-paru...
Pernahkan saya cerita padaMu, tentang sesak yang setiap malam menyapa. Tentang
rasa nyeri yang kadang muncul tiba-tiba. Entahlah, saya tidak mau
memikirkannya, namun makin lama makin sering saja oksigennya berkurang.
Sepertinya saya harus mengisi ulang tabung oksigen saya.
Oh
iya, saya juga selalu bertanya-tanya. Kenapa belakangan setiap kali makan
sesuatu saya hanya bisa menghabiskan ¼ dari porsi yang ada. Bahkan sebungkus
Cheetos atau Taro pun tidak lagi mampu saya habiskan. Toples saya penuh dengan
berbagai jenis makanan yang masih tersisa banyak.
Juga
perihal lain, keluargaku. Terutama ayah... Tuhan, kamu tahu kan bagaimana
sayangnya saya ke Ayah. Bagaimana saya berusaha selalu tampil sempurna di
hadapannya. Juga menjaga agar dia tetap sehat, walau hanya di setiap sujud saya
menangis di depanMu. Tuhan, kemarin sayapun merasa tidak berguna terlahir di
keluarga ini. Belum juga saya bisa melakukan apa-apa untuk mereka. Bahkan janji
yang dahulu sering saya ucapkan perihal “Naik hajiin” mereka belum juga bisa
saya penuhi. Lalu, dengan menikah saya pun berfikir bisa mengurangi beban
mereka. Nyata tidak, mungkin saya menambah beban pada mereka dan orang lain. Sedari
kecil saya tampaknya selalu menjadi beban.
Surat
saya ini hanya ingin meminta padamu. Perihal pertama yang saya minta cuma satu,
umur yang panjang. Biar saya bisa tahu bagaimana rasanya hidup dengan orang
yang begitu kita sukai, biar saya juga tahu bagaimana menjadi anak yang
berbakti. Jika dalam tubuh ini ada banyak penyakit mematikan, tolonglah Tuhan.
Tunda dahulu, sayapun sebenarnya ingin segera menemuiMu namun banyak hal yang
ingin saya lakukan dulu.
Tapi
janji-janji yang sering saya tukar denganMu bisakah di perpanjang? Perihal umur
5 tahun saya hidup didunia yang di tukar dengan kesembuhan seseorang. Lalu
perihal janji lainnya yang hampir sama. Bisakah semuanya di batalkan?
Terkecuali janji terakhir tentang menukar sebagian waktu hidup untuk kesembuhan
Dit. Yah, bagian itu tidak mau saya batalkan. Jika semua waktu hidup saya di
kalkulasikan berarti saya cuma punya waktu beberapa tahun bukan? Tuhan, janji
yang kita buat bisakah di batalkan?
Oh
iya, jika ada penyakit dalam tubuh ini. Tolonglah Tuhan, kasih saya waktu.
Waktu untuk bisa menjadi lebih baik lagi. Saya tidak pernah berminat
menginjakkan kaki di Neraka. Jadi semisal saya punya penyakit jantung atau
apalah itu, tolonglah beri perpanjangan waktu. Setidaknya hingga janji Naik
hajiin orang tua terwujud.
Oh
iya Tuhan, tolong sampaikan pada Sirius, juga Putri Bulan. Mereka selalu
terlihat cocok bersama di langit. Malam ini mereka muncul namun berdiri terlalu
jauh, apa mereka menjaga jarak agar KAMU tidak cemburu?
Tuhan
jika sewaktu-waktu KAMU justru memanggil dengan cepat, satu pintaku. Boleh saya
di panggil di sujud terakhir saya. Karena hanya dengan bersujud saya merasa
begitu dekat denganMu. Tanpa jarak sama sekali. Seolah tanganMu yang meraihku
dan memegang kepalaku seraya berkata “Waktunya kembali... Pulang!”
Jika
hari itu datang, tolong jaga semuanya. Ibu sama bapak, saudaraku,
teman-temanku, Dit, juga semua anak-anak hebat yang Engkau titipkan di daratan
ini. Rumah disini memang selalu terlihat indah dan nyaman. Namun rumahMu tempat
terbaik untuk pulang.
Penghuni
daratanMu
Shirarius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar