Februari 13, 2014

Tawar Menawar dengan Tuhan

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Katanya jika menyapaMu saya harus menggunakan salam dengan benar. Benarkah salamku diatas itu Tuhan? Semoga iya, karena perihal agamaMu masih saja saya dalam proses belajar. Perkenalkan namaku Alista, biasa di panggil Lis, Tata, atau Ali. Kebanyakan teman cowokku memanggilku dengan sebutan Ali, sebutan yang menurut mereka cocok dengan kepribadianku. Saya penghuni daratanMu yang sedikit bandel, teledor, lambat loading, gak nyambung kadang-kadang, juga yang paling sering bertingkah kekanak-kanakan. Oh iya, sebelum menuju ke inti suratku bolehkan saya sedikit bercerita Tuhan? Ini perihal kehidupan yang baru saja akan saya mulai.

Sebulan yang lalu, seseorang baru saja dekat denganku. Entahlah bagaimana kami kedepannya. Dia baik, paham tentangMu dan begitu besar hati. Namanya Rianditya, sering saya memanggilnya dengan sebutan Dit. Tiga huruf itu terdengar cukup lucu untukku. Status hubungan kami? Tenang Tuhan, saya paham betul denganMu. Kami tidak berpacaran, tidak. Kami hanya saling menjaga satu sama lain, berusaha mendapatkan restu dariMu. Semoga...

Lalu, beberapa minggu ini setiap malam saya selalu merasa aneh di paru-paru... Pernahkan saya cerita padaMu, tentang sesak yang setiap malam menyapa. Tentang rasa nyeri yang kadang muncul tiba-tiba. Entahlah, saya tidak mau memikirkannya, namun makin lama makin sering saja oksigennya berkurang. Sepertinya saya harus mengisi ulang tabung oksigen saya.

Oh iya, saya juga selalu bertanya-tanya. Kenapa belakangan setiap kali makan sesuatu saya hanya bisa menghabiskan ¼ dari porsi yang ada. Bahkan sebungkus Cheetos atau Taro pun tidak lagi mampu saya habiskan. Toples saya penuh dengan berbagai jenis makanan yang masih tersisa banyak.

Juga perihal lain, keluargaku. Terutama ayah... Tuhan, kamu tahu kan bagaimana sayangnya saya ke Ayah. Bagaimana saya berusaha selalu tampil sempurna di hadapannya. Juga menjaga agar dia tetap sehat, walau hanya di setiap sujud saya menangis di depanMu. Tuhan, kemarin sayapun merasa tidak berguna terlahir di keluarga ini. Belum juga saya bisa melakukan apa-apa untuk mereka. Bahkan janji yang dahulu sering saya ucapkan perihal “Naik hajiin” mereka belum juga bisa saya penuhi. Lalu, dengan menikah saya pun berfikir bisa mengurangi beban mereka. Nyata tidak, mungkin saya menambah beban pada mereka dan orang lain. Sedari kecil saya tampaknya selalu menjadi beban.

Surat saya ini hanya ingin meminta padamu. Perihal pertama yang saya minta cuma satu, umur yang panjang. Biar saya bisa tahu bagaimana rasanya hidup dengan orang yang begitu kita sukai, biar saya juga tahu bagaimana menjadi anak yang berbakti. Jika dalam tubuh ini ada banyak penyakit mematikan, tolonglah Tuhan. Tunda dahulu, sayapun sebenarnya ingin segera menemuiMu namun banyak hal yang ingin saya lakukan dulu.

Tapi janji-janji yang sering saya tukar denganMu bisakah di perpanjang? Perihal umur 5 tahun saya hidup didunia yang di tukar dengan kesembuhan seseorang. Lalu perihal janji lainnya yang hampir sama. Bisakah semuanya di batalkan? Terkecuali janji terakhir tentang menukar sebagian waktu hidup untuk kesembuhan Dit. Yah, bagian itu tidak mau saya batalkan. Jika semua waktu hidup saya di kalkulasikan berarti saya cuma punya waktu beberapa tahun bukan? Tuhan, janji yang kita buat bisakah di batalkan?

Oh iya, jika ada penyakit dalam tubuh ini. Tolonglah Tuhan, kasih saya waktu. Waktu untuk bisa menjadi lebih baik lagi. Saya tidak pernah berminat menginjakkan kaki di Neraka. Jadi semisal saya punya penyakit jantung atau apalah itu, tolonglah beri perpanjangan waktu. Setidaknya hingga janji Naik hajiin orang tua terwujud.

Oh iya Tuhan, tolong sampaikan pada Sirius, juga Putri Bulan. Mereka selalu terlihat cocok bersama di langit. Malam ini mereka muncul namun berdiri terlalu jauh, apa mereka menjaga jarak agar KAMU tidak cemburu?

Tuhan jika sewaktu-waktu KAMU justru memanggil dengan cepat, satu pintaku. Boleh saya di panggil di sujud terakhir saya. Karena hanya dengan bersujud saya merasa begitu dekat denganMu. Tanpa jarak sama sekali. Seolah tanganMu yang meraihku dan memegang kepalaku seraya berkata “Waktunya kembali... Pulang!”

Jika hari itu datang, tolong jaga semuanya. Ibu sama bapak, saudaraku, teman-temanku, Dit, juga semua anak-anak hebat yang Engkau titipkan di daratan ini. Rumah disini memang selalu terlihat indah dan nyaman. Namun rumahMu tempat terbaik untuk pulang.

Penghuni daratanMu
Shirarius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar