Rona bahagia jelas terlihat dari mata bengkak itu. Yah, perempuan yang cengeng ini akhirnya memilih, setelah nangis dan kurang tidur dua malam. Lalu, perihal berbicara seputar kaum adam dengan mama selalu membuat saya tertawa dan kadang sebal. Walau hanya melalui telepon, nada suara mama justru selalu terdengar seolah ingin menyegerakan.
"Kapan ke makassar pak? Ada yang mau dikenalin sama bapak." Kataku memulai.
"Siapa?" Bapak saya belum peka ternyata.
"Teman." Dan saya bingung bagaimana menyebut kita ketika ngobrol dengan orang tua. Dua detik kemudian, spontan mama yang berbicara.
"Siapa temanmu? Kerja dimana? Anak mana?" Kadang saya ngerasa mama jauh lebih gaul dibanding saya.
"Namanya ....... (sensor dulu yeee), alhamdulillah kerjanya di ....... (sensor lagi haha~), dari ..... (Ampun sensornya kebanyakan)."
"Wah, satu kampung sama mama doong. Pernah main ke rumah?"
"Belum pernah mah." Spontan loh ini jawabnya, habisnya si mama kayak petasan. Asal saja nanyanya, pakai kampung mama di bawa-bawa segala.
"Kalau begitu disegerakan saja nak. Daripada lama-lama, adik kamu saja kalau ada yang datang ngelamar dia mama terima asal kerjaanya ada dan bertanggung jawab, agamanya juga harus bagus."
"Dia mau lanjut study dulu nah. Mungkin dua tahun lagi..."
"Ya ampun, kalian nikah saja dulu. Nanti langsung lanjut abis nikah." Mama saya emang ceplas-ceplos.
"Ya jangan doong, orang sudah susah payah nabung buat kulia masa di tunda."
"Berarti 2 tahun lagi. Lama... kenapa tidak nikah dulu baru dianya lanjut? mau lanjut dimana memang?"
"Tidak lama kok mah. Luar makassar..."
"Kah, bagaimana kalau dia sampai kepincut sama perempuan disana?"
"Ya Alloh mama doanya jeleknya banget. Inshaa Allah tidak, makanya doain juga mah." Kali pertama loh saya minta mama doakan saya dengan seseorang.
"Iya, nak mama doakan. Nanti mama ke makassar, kamu ajak ke rumah ya!!"
"Iya, asal tidak di tanya macam-macam. Kalau di tanya macam-macam atau dipaksa aneh-aneh gak akan dibawa ke rumah."
"Hahahaha, tenang saja, mama cuma mau kenalan. Tapi diusahakan secepatnya ya nak!"
"Iya..."
Dan lalu telepon beralih, bapak juga tidak mau kalah perihal ini. Ahh, bagian ini tidak perlu saya cerita. Intinya mereka mau kenalan dengan kamu. Ya, manusia fiksi-ku (Insha Allah).
Mari jaga hati mulai dari sekarang, saling mengingatkan, saling menegur...
ASAL JANGAN LUPA SAMA ALLAH KITA...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar