Februari 02, 2014

Dua huruf vocal yang diapit tiga konsonan itu, FIKSI...

Februari... Yah akhirnya bulan dengan tanggal paling sedikit tiba. Menurut mereka yang percaya dengan hal-hal non-islam, Februari identik dengan bulan kasih sayang. Bulan dimana semua orang saling menyatakan perasaannya kepada orang yang disuka. Tahun lalu juga saya berbuat demikian, ketika saya bilang "Aku mencintaiMu ya Allah", seminggu kemudian Tuhan menguji ucapanku itu. Jangankan manusia, Allah saja masih menguji umatNya yang ngomong cinta ke DIA apalagi manusia-manusia (Wanita). Mereka pasti akan menguji pasangannya dengan pertanyaan, "Kapan kamu mau ke rumah untuk melamar?" Lalu kemudian hening................

Tenang saja malam ini tidak akan saya bercerita perihal pernikahan, masih sangat jauh rasanya. Tapi anyway selamat untuk teman yang baru saja menikah dan baru saja selesai prosesi lamarannya, iri rasanya melihat kalian. Malam hari ini hanya hendak mengatakan bahwa "dua huruf vocal yang diapit tiga konsonan" itu hanya FIKSI. Gak nyata. Hanya khayalan saya yang lahir dari rasa kagum selama .... tahun (saya lupa berapa lama kami telah saling kenal). Dua huruf vocal yang diapit tiga konsonan itu tidak pernah ada. Hanya imajinasiku saja yang membuatnya terlihat nyata. 

Anyway, setelah kemarin ngobrol dengan teman sempat seorang teman berkata "Makanya saya tidak mau suka sama seseorang dulu. Saya tidak mau dapat sakitnya lagi." Haha~ jika saja bisa saya pun akan melakukannya. Tapi bukan kuasa saya untuk menentukan saya tidak harus suka atau apalah. Yang bisa saya lakukan hanya berusaha untuk membatasi rasa suka itu. Membentengi diri dengan segala ucapan wajar "SOPAN SANTUN". Dengan begini setidaknya bisalah perasaan suka itu di bentengi sedikit. 

Lalu kemudian satu pernyataan lagi, "Ya bukan cowok namanya kalau cuma bisa kasih harapan palsu." Segera saja saya balas, "Ya, kali dia belum mapan duit.". Sedetik kemudian jawaban lain keluar tanpa pernah saya duga, "Laki-laki yang bilang begitu gak bisa di percaya. Kalau memang dia serius bakalan langsung dia ketemu orang tuamu. Kalau tahun ini dia bilang "belum mapan uang" lantas tahun depan "belum ada rumah" lalu tahun depannya "belum ada mobil". Yaelah sekalian aja pas kite ubanan lo dateng dengan semuanya."

Ada jeda yang cukup panjang dari obrolan pagi hari kami itu. Perihal jodoh selalu saja membuat satu dan lainnya sibuk memberi tanggapan. Padahal yang saya ingin tahu cuma satu "Bagaimana caranya saya mengembalikan jaket orang ini?"

Lalu muncul lagi seorang teman yang dengan niat baiknya menjodohkan saya dengan temannya, katanya "Temanku ini mau kenalan sama kamu dengan cara yang islami." Well, untuk sekedar berkenalan saya tidak masalah, yang saya permasalahkan cuma satu. Jika memang diantara kami kelak ada yang menyukai, saya harus berbuat apa? Saya terlalu menyukai si dua vocal yang diapit tiga konsonan ini.

Terlalu sering tampaknya saya memberi lampu hijau atau tanda-tanda lainnya, namun tidak pernah bisa di baca. Bahkan, ketika saya berencana pergi pun dia dengan senang hati melepas. Padahal masih juga saya berharap satu atau dua kalimat yang mungkin harus membuat saya menunggu tidak masalah, asal itu kamu yang bilang... Mungkin memang hanya pihak saya yang terlalu. Tidak dari kedua pihak. 

Well, anggaplah mulai sekarang si dua huruf vocal yang diapit tiga konsonan itu hanya fiktif belaka. Dalam dunia nyata dia hanya ada di kepala saya. Dan perihal jaket itu, secepatnya saya kembalikan. Dengan tidak adanya barang kamu disini mungkin akan lebih mudah buat saya. Janji saya akhir tahun lalu akan tetap saya penuhi. Tidak akan terputus doa saya untukmu, manusia fiksi-ku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar