Januari 31, 2014

Seorang Ayah dan Anak Perempuannya

     Orang tua selalu menjadi bagian yang tidak akan pernah lepas dari kehidupan seorang anak. Kemanapun anak itu pergi, bagaimanapun anak itu, setiap orang tua akan selalu melakukan hal yang baik agar anaknya mendapatkan kebaikan juga. Perihal orang tua selalu berbeda antara satu dengan lainnya. Ada yang terlalu sibuk dengan urusan ini-itu, ada yang memang cuek, dan ada yang terlalu menyayangi. Orang tuaku yang terlalu menyayangi sepertinya.
     Tahun ini sepertinya akan menjadi tahun terakhir saya menetap di kota besar ini. Sudah banyak mimpi yang saya bangun disini yang tidak berhasil saya dapatkan. Mungkin salah satunya menikah di usia 25 tahun. Lantas, jika mimpi ini gagal maka akan saya buat satu mimpi lagi yang memang mengharuskan saya untuk tidak melakukannya disini. Yah, bukan di kota Daeng ini, bukan di Makassar. Terlalu banyak hal ajaib yang terjadi disini, dan terlalu banyak perihal aneh juga yang terjadi disini.

"Bagaimana tesismu nak? Berapa bulan lagi baru bisa kamu rampungkan?" Tanya ayah begitu telepon darinya saya angkat.

"Secepatnya. Saya tidak bisa menjanjikan satu bulan akan rampung, saya harus merevisi semuanya lagi. Jadi mungkin butuh beberapa bulan pak baru bisa jadi. Tapi tenang saja, saya sudah niat merantau bulan 6 jadi saya usahakan selesai sebelum Juni bapak." Kataku mantap.

"Ya ampun nak, kamu itu ngebuat ibumu sama bapak gak tidur lagi." Lagi-lagi jurus andalan bapak di keluarkan.

"Ya kenapa gak tidur juga coba, pak? Kan saya ke sana buat kerja, buat belajar hidup juga. Lagian saya sudah cukup banyak mendapat apa yang saya mau disini. Saya mau coba yang baru pak. Jadi, tolong di doakan saja."

"Tapi kenapa harus jauh-jauh nak?"

"Saya pulang jika ada sesuatu yang terjadi."

"Iya. Tapi akan sangat lama kamu disana kan?"

"Iya pak. Namanya mau nyoba hidup jauh, yah pasti lama. Mungkin mau menetap kalau kerjaan disana menyenangkan. Tapi saya pulang kok kalau ada apa-apa."

     Seperti itu obrolan seorang anak dan ayah. Seorang ayah yang masih menganggap anak gadisnya yang sudah dewasa ini masih berumur 10 tahun. Masih harus terus menetap di rumah dan gak kemana-mana. Itu bentuk rasa sayang seorang ayah terhadap anak perempuannya. Cara dia menjaga anaknya dari kejauhan. Ketahuilah ayah, anakmu yang bandel ini paham betul bagaimana kerja keras itu, bagaimana menjaga diri, disini saja saya menjaga diri begitu ketat. Karena saya tahu bukan cuma kamu yang mengawasi tapi juga Allah.
     Lantas, seperti yang kamu katakan ke adik, "Bapak doakan kamu biar cepat nikah saja. Jadi kan tidak perlu jauh-jauh. Atau kamu dapat kerja yang menurutmu baik untukmu jadi tidak perlu jauh-jauh." Doakan saja pak. 
     Sama halnya tadi, ada sesuatu yang ingin saya raih disana. Di kota yang tidak mungkin saya raih jika terus disini. Ada hal yang sejak SMA selalu ingin saya wujudkan, makanya saya sangat ingin pergi. Tapi perihal apa yang bapak katakan, jika memang ada sebuah janji yang mengikat saya disini, saya pun tidak akan jauh-jauh pergi. Tapi tampaknya tidak akan ada janji yang mengikat saya, lantas kemudian saya bisa saja pulang jika janji mengikat itu saya dapatkan di kota lain. Yah, janji untuk mendampingi seseorang tepatnya. Itu kan yang selalu ayah tanyakan ketika datang atau menelpon, "Kalau kamu sudah ada calon, suruh cepat lamar kamu saja. Jangan lama-lama pacaran."
     Ahhh~ ayah, andai ayah tahu anakmu yang satu ini tidak pernah lagi berpacaran atau dekat dengan seseorang. Apa masih sering kamu bertanya demikian? Perihal jodoh biarlah Allah yang tunjukkan, ayah. Saya hanya minta doamu terus menyertaiku, terus menyertai setiap tindakanku agar saya selamat di dunia ini. Oh iya, Ayah bukannya harus senang, ketiga putrimu sudah menggunakan jilbab sekarang. Mereka ingin lebih dekat dengan Allah. Sama seperti doaku dari tahun-tahun lalu, akhirnya saudara perempuanku berjilbab. Anak perempuanmu ini berjanji, tidak akan saya berbuat suatu hal yang akan membuatmu malu ayah. 
     Jadi, untuk masalah ini tolong saya saja dengan doamu ayah. Dimanapun kaki saya melangkah nantinya, tujuan akhir saya pasti pulang. Hanya masalah waktu saja, kapan saya harus pulang, dan kapan saya harus menetap lama. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar