November 15, 2013

THEN IT’S GONE...

         

          Dari tahun ke tahun mimpi itu selalu sama. Dia selalu berada di atas kepala, dan sebuah tangan selalu berusaha meraihnya walaupun dia tergantung di tempat yang tinggi. Tapi tangan-tangan itu akan terus dan terus mencoba meraihnya. Tahun demi tahun mimpi-mimpi itu yang memberikan sebuah harapan untuk melanjutkan hidup. Tahun demi tahun, lagi-lagi mimpi itu yang membuat raga kembali tergerak untuk melanjutkan dan terus melanjutkan hingga tangan itu berhasil meraihnya.
            Dan sekarang, mimpi itu masih sama. Sebuah hal yang masih berusaha di raih oleh tangan itu. Sebuah hal besar yang dimata seorang pahlawannya hanya sebuah hal kecil bahkan tidak berarti lagi. Dan mimpi itu pula yang masih terus ada untuk mengingatkannya akan dirinya yang kian melemah oleh kenyataan. Mimpi itu yang terus membisikkan kalimat, “Ayo buktikan kamu bisa!” yang membuat semangat kembali berkobar. Lantas mimpi itu pula yang senantiasa menjaganya agar tidak terlalu jauh dalam melangkah.
            Awal mula mimpi itu terbangun hanya karena sebuah pendapat, “Lihat! Orang seperti mereka tidak punya masa depan. Mereka akan selamanya seperti itu.” Mimpi berawal dari sebuah pendapat yang cukup sulit dibantah tanpa ada bukti. Lantas dari pendapat itu terbangaunlah sebuah mimpi. Sebuah harapan bahwa mereka juga punya masa depan yang baik. Bahwa mereka juga bisa seperti apa yang mereka mau. Karena hanya mimpi yang membuat raga selalu bisa bergerak dengan sangat baik.
            Lalu, mimpi lama yang sampai sekarang tangan itu mencoba untuk meraihnya. Sebuah mimpi yang membuat jiwa terasa damai. Sebuah mimpi yang selalu bisa menghadirkan sebuah senyuman. Lantas dibantah dengan ucapan, “Jangan jadikan hobi kamu sebagai suatu pekerjaan. Tidak ada gunanya. Seorang penulis tidak memiliki banyak gaji. Mau melarat sampai tua kamu?” Hanya butuh lima menit untuk membuat mata berair. Dan butuh  beberapa tahun untuk membuktikannya. Mimpi ini masih berusaha di raih oleh tangan. Masih menjadi harapan untuk terus bernafas, masih menjadi bagian penghadir senyum di kala sedih. Mimpi ini yang masih membuat hati merasa dekat dengannya, seseorang yang terus memberi semangat untuk mengejar mimpi ini. Dia yang akan selalu bilang, “Hidup terlalu indah untuk dibuat sedih rin! Ayo semangat!”
            Kemudian, perlahan mimpi-mimpi itu seolah makin jauh. Mimpi-mimpi itu seolah berlari sangat jauh di depan. Dia meninggalkan tempatnya menggantung lalu kabur sebisa mungkin. Dan kini tangan itu hanya bisa melihatnya berlari makin jauh. Semakin mencoba untuk di kejar dia semakin jauh. Sangat jauh. Mimpi-mimpi itu perlahan membunuh harapan, mengosongkan hati, dan menyisakan tangis.
            Mimpi melihat mereka tampil di depan umum, bahkan membayangkannya saja tidak lagi mampu. Mimpi memperlihatkan mereka di depan umum, menunjukkan bahwa mereka juga punya masa depan yang baik. Bahkan sekarang tidak lagi berani untuk mengatakannya. Mimpi untuk terus menjaga mereka agar bisa juga bermimpi seperti anak-anak pada umumnya. Sekarang justru takut jika mereka berbalik memusuhi. Mimpi-mimpi itu, kemana mereka? Masihkah bisa aku peluk? Menjaganya agar tidak pergi terlalu jauh?

            Mimpi-mimpi itu... sekarang mungkin telah pergi. Semangat yang dulu masihkah sama? Masihkah akan berjuang untuk menunjukan pada orang bahwa masa depan yang baik juga dimiliki oleh mereka? Masihkah aku mampu memeluk mimpi-mimpiku dan mimpi mereka lalu mengantarkannya pada Tuhan? Masih bisakah? Atau mungkin aku yang melangkah jauh dari mimpi-mimpi itu. Jika benar aku yang melangkah menjauhi mimpi-mimpi itu, ingatkan aku. Karena sesungguhnya harapan itu bukan ada pada sebuah mimpi tapi ada pada kalian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar