Aku dan kamu berada di bawah langit yang sama, di kota yang sama. Namun tidak pernah kita bertemu, berpapasan, atau secara tidak sengaja saling melihat disuatu tempat. Aku dan kamu berjarak sangat jauh, bahkan ketika kita dekat. Selalu ada jarak yang membuat kita semakin jauh.
Dia dan mereka sama-sama anak kecil, umur pun sama. Sekitar 12 tahun. Dia dan Mereka juga berada di bawah langit yang sama, di Bumi yang sama, dan di kota yang sama. Namun, entah kenapa Dia tidak pernah mau melihat Mereka, bahkan untuk mengatakan "Hai" pun Dia malas, jijik, dan enggan. Dia dan Mereka juga memiliki jarak sama seperti aku dan kamu. Kita semua hampir memiliki jarak yang sama, jarak yang memisahkan kita, membedakan prinsip-prinsip kita, juga jarak yang membuat kita rindu satu sama lain.
Malam ini yang aku tulis bukan tentang anak-anak hebat yang Allah pertemukan denganku. Tidak banyak yang bisa aku katakan lagi tentang mereka kecuali rasa bangga yang begitu besar ketika melihat mereka menjadi apa yang mereka inginkan. Malam ini hanya sedikit yang ingin ku tuliskan bukan tentang kamu dua huruf vocal yang diapit tiga konsonan atau tentang kondisi kehidupanku sekarang ini. Dua hal ini bagian paling tidak penting untuk dibaca orang.
Rasa iri itu kembali datang, yah dia kembali mengunjungiku. Hampir beberapa malam ini rasa iri itu seperti hantu yang terus menggoda untuk ku ladeni. Dia membuatku kembali mengingat hal-hal yang semestinya telah lama dilupakan oleh hati. Ya, rasa iri itu kembali menguak semuanya, semua yang dikubur jauh di dalam hati. Anyway, yang gak suka bacaan terlalu lebay. Bisa berhenti disini kok!
Dulu rasa iri itu datang ketika melihat salah satu pasangan saling memberi kejutan. Dan apa yang si X-Man katakan padaku hanya sebuah omelan, "Jadi kamu mau di kasih kejutan kayak gitu juga?". Hanya suara kipas angin yang terdengar kemudian, hingga si X-Man mulai berkata lagi, "Maaf kalau semisalnya aku belum bisa kasih kejutan apapun sama kamu. Aku bukan gak mau, tapi gak tahu bagaimana caranya. Telepon kamu beberapa jam saja sampai sekarang kdg masih membuatku bingung mau bahas apaan."
Kami dulu berjarak. Yah, jarak yang cukup jauh. Semua orang yang tahu aku dan si X-Man menganggapnya aneh, namun tidak untuk kami. Dia bahkan cuek, dan selalu dia yang lebih dewasa di banding aku. Selalu dia yang memulai pembicaraan ketika marahan dibanding aku. Dan selalu dia pula yang mengalah dibanding aku. Selalu dia yang membuang jauh egonya ketika berhadapan denganku. Selalu dia. Si X-man, manusia paling menyebalkan yang tanpa sengaja Tuhan sisipkan untuk melengkapi pengalaman hidupku.
Jarak. Selalu saja jarak yang membuat orang-orang melebih-lebihkan sesuatu hal. Semisal kami. Aku dan si X-Man. Kami berjarak 3 tahun, cukup jauh kan? Ya, dan hampir setiap orang yang tahu selalu saja mempermasalahkannya. Padahal yang aku tahu, mereka hanya iri. Karena yang aku punya jauh lebih sabar, bijak dibanding mereka. Tidak ada yang tidak wajar di dunia ini selain seorang pria yang berusaha nampak seperti wanita atau sebaliknya. Bukankah Rasulullah SAW dan Khadijah juga berjarak cukup jauh?
Tulisan malam ini bukan karena aku rindu pada si X-Man, merindukan suami orang adalah hal yang di benci Allah. Tulisan malam ini hanya memperjelas jarak bukanlah suatu hal yang perlu di lebih-lebihkan atau di permasalahkan. Lantas, ketika kamu menyukai seseorang karena Allah, keep it. Jaga dia. Bukan dengan memacarinya tapi menikahinya. Yah, segala sesuatu yang hal selalu terasa nikmat bukan?

Tidak ada komentar:
Posting Komentar