Wajah-wajah itu mengingatkan akan sebuah kenangan, sebuah peninggalan lama yang tidak lagi pernah tersentuh. Tereletak di sudut hati yang paling dalam. Dia nyaman disana, menunggu waktu yang tepat untuk membiarkan dirinya melewati setiap rongga hati dan mulai membuat si pemilik hati kembali mengingat wajah-wajah itu. Wajah-wajah yang selalu ada di rindu untuknya. Rindu yang tidak pernah berani dia katakan. Rindu yang hanya dia dan Tuhan yang tahu. Sebuah Rindu yang mungkin pada akhirnya berakhir dengan kepergian.
Akan ada banyak alasan Rindu itu akan pergi meninggalkanmu. Dua diantaranya adalah pertama, ketika Rindu itu sudah terlalu banyak, dia rindu melihat, mendengar, atau sekedar duduk disampingmu tanpa kata sama sekali lantas kamu mengabaikannya, Rindu itu akan pergi dengan sendirinya. Karena dia tahu, Rindu tidak diinginkan lagi. Kedua, ketika Rindu itu menghabiskan sebanyak mungkin waktunya hanya untuk sekedar menyempatkan diri melihatmu, mendengarmu, dan mencuri pandang. Lantas, kamu memaksanya pergi, maka Rindu akan pergi. Karena dia tahu, Kamu begitu membencinya.
Tiap pertemuan akan selalu ada makna. Bagaimanapun kisah itu akan berakhir bahagia atau tidak? Setidaknya Tuhan tahu bahwa akan ada pelajaran hebat yang bisa di petik dari setiap rentetan kejadian. Sama halnya kita, bertemu lantas hanya sepihak. Hanya aku. Satu sisi saja. Dari aku. Begitu selalu. Menyukai. Lantas menunggu. Terlalu banyak koma yang di tempatkan pada tempat yang seharusnya diisi titik. Ya, setiap kali satu sisi datang. Kali ini akan ada satu percepatan titik muncul. Ya, ketika kamu tertangkap memiliki Rindu yang lain. Ketika itu, aku yang disebut Rindu akan menggunakan tanda titik pada satu sisi saja. Sisiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar