Oktober 20, 2013

Pelangi Untuk Masa Depan

    Hampir 30 anak berkumpul di suatu lokasi yang begitu luas. Mereka sama-sama memiliki mimpi, sama-sama memiliki keluarga, sama-sama tetap hidup, bernafas dengan oksigen yang gratis yang Bumi sediakan tanpa ada habisnya. Mereka berdiri dengan sebuah tatapan yang saling menilai satu sama lain. Mereka berdiri menatap satu sama lain seolah mereka berbeda. Mereka menamakan diri mereka SI MAMPU dan SI TIDAK MAMPU. Mereka berdiri menatap satu sama lain dengan pandangan mengejek seolah salah satu dari mereka adalah yang paling sempurna. Mereka adalah PELANGI, yang berkumpul dengan keanekaragaman yang hanya mereka yang bisa temukan. Pelangi yang akan terus ada walau hujan tidak lagi bisa mengguyur kota yang selalu disebut "Kota Daeng".

     Jalanan, tempat mereka besar. Jalanan, sumber penghasilan mereka. Akan ada satu kejadian yang selalu mereka hadapi di jalan. Karena dari jalanan mereka belajar, dan dari Jalanan mereka tumbuh. Mereka tidak akan ragu untuk bertindak karena jalanan mengajarkan mereka untuk kuat. Mereka bisa bertahan di jalanan. Jalanan adalah rumah kedua mereka setelah rumah. Mereka adalah pasukan langit yang berasal dari Jalanan.

    Siapa bilang sebuah tempat yang terletak sangat jauh dari kota menjadi batas mereka untuk bermimpi? Justru mimpi mulai di bangun dari sebuah keterbatasan. Sebuah hal yang orang-orang mulai ragukan, sebuah keajaiban yang telah lama tidak lagi orang percayakan. Mereka sebuah pelangi yang akan selalu ada jauh dari pusat keramaian. Mereka adalah Pasukan Langit yang tinggal jauh dari kota namun memiliki semangat juang juga sebuah kepercayaan yang kuat.

     Mereka pernah berada di satu tempat yang begitu luas. Sebut saja Benteng Rotterdam. Mereka berkumpul dan mulai bermain disana. Mereka masih menatap jijik satu sama lain. Saling menguatkan pendapat masing-masing bahwa "anak jalanan itu kotor". Bahkan untuk bersentuhan pun mereka enggan. Ya, pasukan Langit dari kelas Marginal memang sedikit berbeda. Ketika acara seperti ini mereka akan berpenampilan yang cukup rapi dan bersih, sementara si anak jalanan akan terlihat sangat lusuh dan kumuh.

     "Kami tidak mau memegang tangan mereka kak. Mereka kotor, jijik saya!" Ucap salah satu anak yang benar-benar membuatku naik darah.
   "APA YANG KALIAN JIJIKAN DARI INI." Aku memegang tangan Novi dengan kuat. Memperlihatkan mereka bahwa anak-anak jalanan sama dengan anak-anak marjinal lainnya. 
     "KAMU. JUGA KAMU. SAMA SEPERTI MEREKA!" masih juga amarah itu menguasai.
    Mereka diam, hanya melihat wajah seorang wanita yang perlahan berubah menjadi wajah iblis. Penuh amarah. Bukankah Tuhan menciptakan umat-Nya sama. Mereka punya tubuh yang lengkap juga semua hal yang lengkap. Hanya saja Tuhan sisipkan sebuah tantangan untuk masing-masing umat-Nya agar bisa berubah. Berubah menjadi lebih baik.

   Menyatukan perbedaan itu tidak begitu mudah. Akan ada satu lalu satu lagi yang akan selalu datang dan membuat perbedaan itu makin menyusahkan. Karena itu kami ada, karena itu kami hadir. Untuk menyatukan keanekaragaman anak bangsa, untuk menyatukan keanekaragam pendapat tentang "Anak jalanan". Untuk membuat mereka membuka mata dan menyadari bahwa "ANAK JALANAN" juga "LENTERA MASA DEPAN INDONESIA". 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar