September 20, 2013

Surat Yang Tidak Pernah Dikirim

Makassar, 19 September 2013
Untukmu Dua Huruf Vocal Yang Diapit Tiga Konsonan...

Selamat malam si penyuka senja, yang selalu menulis puisi ketika senja datang. Yah, kamu yang mungkin sedang menanti sebuah hal baru yang lama kamu tunggu. Kamu yang sedang sibuk menyelesaikan apa yang kamu mulai ketika lulus SMA. Kamu yang sekarang sibuk dan tidak lagi memiliki waktu yang cukup untuk bercanda dengan anak-anak di satu komunitas tempat kita bertemu. Kamu yang mungkin juga telah menemukan sosok wanita yang begitu kamu sukai. Dan kamu yang memiliki senyum yang begitu tulus. Dua huruf vokal yang diapit tiga konsonan, begitu aku menyebutmu.

Masih ingat pertama kali kita bertemu? Aku rasa kamu sudah lupa. Lagi-lagi dunia maya, ya selalu di dunia maya suatu pertemuan yang tidak biasa terjadi padaku. Alih-alih menemukan teman dengan kesukaan yang sama juga beberapa hal yang sama aku justru jatuh hati padamu. Padamu yang tidak pernah melirik kepadaku. Itu kamu, yang duduk di malam itu tampak akrab berbicara satu sama lainnya membahas tentang rencana menyenangkan anak-anak diwaktu libur mereka. Sesekali menanggapi candaan temanmu.
Malam itu aku tidak hentinya mencuri pandang padamu, hanya untuk melihat sosok yang akhirnya aku temui setelah beberapa bulan hanya tahu dia ada di dunia maya. Sayangnya malam itu penerangan begitu remang, aku hanya ingat baju yang kamu kenakan. Juga ingat, kamu masih mengingatku dan pamit padaku. Jika saja aku Charles Xavier, akan aku bekukan sebentar waktu dan menatap lama wajah itu. Sayang, kacamata yang ku gunakan ketika itu tidak lagi pas dengan mata ini. Yang ku ingat hanya senyummu ketika hendak pamitan. Ya, senyum yang selalu ku ingat hingga ini. Maaf karena tiba-tiba aku menjadi melankolis seperti ini. Ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan sebelum aku merubah semuanya. Semua tentangmu.

Lalu, apa kamu masih ingat juga hari dimana kamu meminta minuman kepadaku. Ya ampun, mana mungkin kamu ingat. Aku masih sangat ingat. Hari itu kita dan beberapa teman baru saja selesai mennghabiskan seharian waktu untuk membuat anak-anak tersenyum. Dan sore hari masih terasa begitu panas. Kamu meminta minuman dari botol yang ku minum. Mungkin aku terlalu berlebihan, tapi waktu amat menyenangkan. Aku bahkan tidak berhenti tersenyum sepanjang hari dan besok paginya jika mengingat semuanya. Dan sejak itu juga kamu makin berarti untukku. Jika saja botol itu kembali padaku, dia akan terus ada dikamarku tanpa berpindah ke tempat sampah.

Hmm, kamu juga ingat tidak ketika pertama kali aku meminjam barang darimu. Rasanya benar-benar senang, sangat senang. Barang itu selalu aku bawa kemanapun aku pergi. Ia tidak lepas dari dalam tasku. Beberapa hari barang itu di rumahku, aku selalu tersenyum bodoh jika melihatnya, seolah kamu yang sedang aku perhatikan dari jarak yang begitu dekat. Bahkan sempat ingin menahan barang itu lebih lama lagi di rumahku, hanya agar aku tahu kamu ada disekitarku. Tapi lagi-lagi seorang temanmu justru datang dan mengambilnya lagi. Ketika ia kembali padamu aku menitipkan sebuah gantungan kunci pada temanmu. Sebuah inisial yang rencananya ingin aku berikan sendiri, tapi tidak pernah ada keberanianku untuk memberikannya.
Tapi sayang, tidak lama karena suatu hal gantungan kunci itu kembali aku minta. Bukan tidak ingin memberikannya padamu hanya saja aku terlalu malu memberikan barang yang ku buat sendiri. Bahkan jika diberi harga gantungan itu hanya akan seharga 15.000, dan kata seorang teman yang berusaha membuatku tidak menyukaimu lagi, kamu itu matre dan hanya suka pada wanita yang seksi yang cantik, dan bla bla bla. Aku berusaha tidak mempercayainya, namun dia menjelaskan dengan detail tentangmu. Tentang semua hal buruk yang dia dapat dari sahabat baikmu semasa SMA. Dan tebak apa yang aku lakukan? Aku bahkan tidak peduli, aku masih menyukaimu. Hanya sedikit kecewa. Tapi kamu tetap menjadi favoritku.

Masih banyak yang aku ingat tentangmu. Dan mungkin kamu tidak mengingatnya. Atau memang selama ini hanya aku yang begitu menyukaimu? Bukankah dari awal memang selalu seperti ini. Hanya aku yang terlalu menyukaimu.

Aku minta maaf untuk setiap hal kekanak-kanakan yang aku lakukan di dunia maya. Entah kenapa menyukaimu kini begitu terasa berat. Terlalu menyakitkan, dan selalu saja membuatku menangis. Maaf untuk setiap kata juga tingkah yang membuatmu seolah dimusuhi, aku bukan memusuhi hanya ingin mendamaikan hati. Cara cepat melupakan seseorang bukankah dengan tidak pernah melihat apapun yang berhubungan dengannya, kan? Dan aku sedang melakukan itu. Tapi lagi-lagi, justru kamu selalu menjadi daftar teraras di kolom search salah satu media sosialku. Aneh kan? Betapa aku tidak bisa membuat diriku berhenti menyukaimu.
Maaf karena aku kadang membayangkan kita duduk di satu kursi yang sama membahas tentang masa depan, tentang hujan, juga tentang senja yang begitu kamu sukai. Aku benar-benar minta maaf untuk setiap tindakan yang aku lakukan.

Hingga kemarin, kamu memperlihatkan semuanya. Seorang wanita yang begitu cantik. Seorang wanita yang terlihat begitu anggun. Sangat beda denganku yang terlalu kekanak-kanakan dan yang selalu terlihat bodoh. Ya, beberapa orang menyebutku begitu dan mungkin juga kamu salah satunya. Tapi tidak apa-apa, kamu bahagia dan aku senang disini. Serius. Aku benar-benar senang akhirnya kamu menemukan orang yang tepat yang akan kamu seriusi begitu kamu telah mapan duit. Seperti ucapanmu setahun yang lalu kan?
Tapi tenang saja, disini. Kamu tetap menjadi favorit aku. Kamu tetap menjadi yang terbaik yang Tuhan pernah tuliskan. Kamu tetap menjadi hal luar biasa dalam kehidupan biasaku. Dan tenang saja, disini, doa untukmu tidak akan terputus pada-Nya. Dalam setiap sujud akan terus ada namamu. Tidak apa-apa jika aku hanya bisa melihatmu dari kejauhan, selama kamu tetap tersenyum dengannya, aku akan baik-baik saja. Hanya jika suatu saat dia membuatmu terluka, aku akan selalu ada disana. Menunggu kamu datang dan mulai bercerita, lalu aku akan membuatmu tertawa dan kamu boleh kembali dengannya.

Aku benar-benar menyukaimu, dua huruf vokal yang diapit tiga konsonan...
Dan sekarang, kuharap kebahagiaan selalu menghampirimu. Hanya itu yang aku inginkan, kamu tetap tersenyum, tertawa, dengan siapapun kamu. Karena menyukaimu cukup dengan melihatmu bahagia.

Kuharap suratku tidak membuatmu mual atau muntah. Ini surat yang sudah lama ingin ku tulis untukmu, namun baru bisa sekarang. Tetaplah menjadi manusia besar hati yang begitu mengagumkan. Karena kamu begitu berarti untukku. Kamu tahu dimana kamu bisa membalas suratku ini. Jika saja kamu mau tentunya.


Best Regards...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar