Assalamu’alaikum....
Gak kerasa udah hampir beberapa sebulan gak update blog (Padahal baru sebulan doang), biar dikatain sibuk banget gitu. Sempat sibuk banget kemarin-kemarin, kecapean lah jadi ketika sudah ketemu sama bantal bawaannya pengen meluk terus tidur deh. Oh iya, gue juga lagi sibuk mengurus ini dan itu doakan biar cepat terwujud. Dan untuk mencairkan kekakuan yang terjadi selang beberapa waktu ini, satu tulisan ini gue persembahkan untuk kalian yang senantiasa mampir di gubuk gue bahkan ketika gue gak muncul sama sekali. Maklum, ada kalanya empang tetangga minta dikuras airnya jadi gue bantu dulu. terus kadang juga sapi tetangga minta dikerokin, lumayanlah kumpulin duit buat makan. Oh iya, kali-kali reader pengen kerja sampingan, hubungi gue saja. Gaji lumayan gede, 2 juta. kerjanya juga gampang, cebokin sapi tiap kali mereka selesai PUP.
Gak kerasa udah hampir beberapa sebulan gak update blog (Padahal baru sebulan doang), biar dikatain sibuk banget gitu. Sempat sibuk banget kemarin-kemarin, kecapean lah jadi ketika sudah ketemu sama bantal bawaannya pengen meluk terus tidur deh. Oh iya, gue juga lagi sibuk mengurus ini dan itu doakan biar cepat terwujud. Dan untuk mencairkan kekakuan yang terjadi selang beberapa waktu ini, satu tulisan ini gue persembahkan untuk kalian yang senantiasa mampir di gubuk gue bahkan ketika gue gak muncul sama sekali. Maklum, ada kalanya empang tetangga minta dikuras airnya jadi gue bantu dulu. terus kadang juga sapi tetangga minta dikerokin, lumayanlah kumpulin duit buat makan. Oh iya, kali-kali reader pengen kerja sampingan, hubungi gue saja. Gaji lumayan gede, 2 juta. kerjanya juga gampang, cebokin sapi tiap kali mereka selesai PUP.
Oh iya, jangan tanya kenapa gue mau nulis bagian menjijikan diatas. gue juga bingung tuh kenapa. Bagian pembuka hanya biar kalian gak ketawa aja. so, enjoy this.....
HUJAN DAN MEMORI TUA
Makassar 2012...
Leanis
berdiri di depan ventilasi kecil kamarnya menatap langit pagi hari yang
tampaknya terlihat sedih. Tidak ada mentari hanya ada rasa dingin yang menusuk
tubuh. Matanya masih terpaku pada gerak ringan daun dari pohon yang tumbuh di
belakang rumah tetangga. Leanis menatap lama menunggu mentari muncul namun
tidak lagi ada cahaya yang menembus ventilasi kecil kamarnya, sekedar hanya
untuk mengucapkan selamat pagi atau sekedar menyapa dan membangunkannya dari
mimpi indahnya.
“Jangan hujan dulu Tuhan, kumohon!”
Leanis masih berdiri menatap keluar. “Saya sedang tidak ingin dikunjungi
olehnya.”
Satu doa yang selalu dia panjatkan
ketika langit sedang suram. Leanis bergegas membereskan barang-barangnya. Kondisi
hatinya benar-benar sedang tidak baik, semalam dia kembali merasa hatinya
cemburu pada sesuatu hal yang tidak semestinya dia cemburui. Leanis selalu
berusaha menahan rasa sukanya, menahan untuk tidak membuka twitter Adit tapi
setiap kali dia melihat twitter dan membuka timelinenya pikirannya selalu
mengatakan “Kamu gak berkunjung ke profile Adit?” dan suka tidak suka Leanis
akan langsung refleks membuka profile Adit.
Pink, begitu dia menyebut motor
honda beat miliknya. Warna yang tidak begitu dia suka namun karena mamanya yang
memilihkan untuknya Leanis selalu sayang sama motornya. Tidak jarang kalau lagi
bosan dipagi hari dan tidak ada yang bisa di temani ngobrol Leanis akan ngobrol
dengan Pink. Berbicara juga bercerita ini dan itu. Kadang juga nangis sama-sama
pink. Dan kelebihan lain motornya ini, Pink kadang gak nurut kalau sama orang
lain. Pernah sekali teman Leanis minjem motornya gak beberapa menit kemudian
temennya nelpon terus bilang, “Motor lu gak bisa nyala gimana nih?”
Bahkan benda matipun ketika telah
lama bersama dengan yang bernyawa dia juga bisa tahu siapa yang dia temani
bepergian. Begitulah Leanis, kadang kala pemikirannya terlalu fiksi. Terlalu banyak
berkhayal, setiap kali Leanis menceritakan kisah Pink ini semua temannya hanya
bisa geleng-geleng kepala sambil berucap “Obat kamu gak diminum ya semalam”
dengan nada bercanda.
Makassar dipagi hari selalu identik
dengan kemacetan. Bagi Leanis setiap pagi semua orang bakalan menggila,
kejar-kejaran dengan waktu. Ada kalanya Leanis beanggapan bahwa sebagian warga
makassar benar-benar liar ketika pagi hari. Mereka berusaha mengejar keterlambatan,
yang kerja berusaha agar tidak terlambat dan yang sekolah juga berusaha untuk
tidak terlambat. Tak jarang ada saja kejadian menakutkan yang terjadi akibat
aksi kebut-kebutan. Jatuh dari motorlah, keserempet motorlah sampai-sampai
nabrak. Jika saja manusia lebih berfikir untuk berangkat tepat waktu mungkin
tidak akan pernah ada kecelakaan. Tidak perlu berebut juga memperebutkan
jalanan yang selalu menjadi milik bersama.
***
Kantor di pagi hari, selalu membuat
senyum terpaksa mengembang di wajah Leanis. Rasanya aneh jika saja dia tiba di
kantor tanpa tersenyum begitu masuk ke dalam ruangan. Seperti pagi ini, sebelum
masuk ruangan dia berhenti sejenak mengatur nafasnya juga ekspresinya lalu
dengan senyum biasa dia masuk sambil mengucap salam.
“Pagi kak Leanis.” Sapa Zalia
seperti biasa.
“Pagi!” Balas Leanis dengan senyum
masih mengembang di wajahnya.
Tumpukan pekerjaan yang belum sempat
Leanis selesaikan kini kembali dimulai. Jam 8 adalah waktunya untuk memulai apa
yang kemarin sempat tertunda. Kata orang cara terbaik melupakan beban pikiran
adalah dengan membuatnya sibuk mengerjakan hal-hal lain. Seperti sekarang ini,
Leanis menyibukkan dirinya agar dia lupa bahwa tidak seharusnya dia cemburu
pada seseorang yang tidak pernah dia miliki.
Kondisi kantor Leanis belakangan ini
cukup sibuk, ulang tahun yang ke 60 mengharusnya semua karyawannya ikut
terlibat dalam hal apapun. Karena Leanis hanya karyawan baru makanya hanya dia
dan beberapa karyawan lainnya yang santai-santai saja dan masih sibuk dengan
kerjaannya setiap hari.
“Akhirnya selesai.” Sahut Leanis
sambil menyandarkan tubuhnya. Dia melirik ke arah Zalia, Zalia tampak sibuk
dengan tumpukan kertas dan kalkulator. Jemarinya sibuk menekan tombol-tombol
pada kalkulator, menghitung biaya-biaya apakah sesuai dengan payment atau
justru kurang dan lebih.
“Mau dibantu gak?” Leanis merapatkan kursinya.
“Kakak tidak punya kerjaan lagi?” Jawab Zalia tanpa
melihat Leanis.
“Tidak ada lagi, sudah selesai. Mau di bantu gak?”
“Gak perlu kak. Kalau mau bantu pijetin bahu saya
saja.”
Zalia itu seperti adik juga obat bagi Leanis, ketika
stress Leanis suka bercanda dengan Zalia. Dengan atau tanpa sadar sekalipun
Leanis akan spontan tertawa ketika Zalia mengatakan hal yang sebenarnya tidak
begitu lucu. Semua beban pikiran akan menjadi sebuah tayangan komedi begitu
Leanis menghabiskan waktunya dengan keluarga barunya di kantor.
“Sholat Yuk!” ajak Leanis.
“Tungguin kakak, lima menit lagi ya.”
Leanis lalu kembali melihat ponselnya, tidak ada
apa-apa disana. Dia lalu membuka twitter dan membaca semua tweet yang muncul di
timelinenya. Sekali lagi ada rasa tergoda bagi Leanis untuk membuka profile
Adit namun buru-buru Leanis meletakkan kembali ponselnya dan mengambil mukenah
kemudian menuju musholla bersama Zalia.
Pemandangan dari lantai 10 selalu membuat Leanis
merasa Tuhan itu benar-benar hebat. Hamparan langit yang kini awannya kian
menghitam, jejeran rumah yang berdiri kokoh dan rapi. Semua ciptaan Tuhan.
“Kayaknya mau hujan deh.” Sahut Zalia mendekat ke
jendela.
“Semoga tidak.” Leanis menjawab datar.
“Bagusan hujan kak, gak panas. Sejuk. Bisa main air.”
Balas Zalia tidak ingin kalah. “Kan kasihan juga yang mengalami kekeringan
belakangan ini kalau hujan tidak juga turun.”
“Iya ya. Baiklah kalau alasan hujannya karena untuk
mengurangi kekeringan bolehlah hujan turun hari ini.”
Leanis punya alasan kenapa dia tidak begitu suka
hujan. Hujan selalu membawa memori tua miliknya kembali ke ingatannya. Memori setahun
silam, memori yang selalu ingin dia lupakan namun selalu muncul bahkan ketika
Leanis tidak menginginkannya untuk muncul. Memori yang selalu berdiri menunggu
waktu yang tepat untuk bersilaturahim dengan Leanis. Dan waktu yang tepat
memori itu muncul adalah ketika hujan turun. Ketika hujan turun memori tua itu akan
mampir dengan sendirinya tanpa Leanis minta.
When the world turns dark
And the rain quietly falls
Everything is still
And the rain quietly falls
Everything is still
Even today, without a doubt
I can’t get out of it
I can’t get out from the thoughts of you
I can’t get out of it
I can’t get out from the thoughts of you
Now
I know that it’s the end
I know that it’s all just foolishness
Now I know that it’s not true
I am just disappointed in myself for
Not being able to get a hold of you because of that pride
I know that it’s the end
I know that it’s all just foolishness
Now I know that it’s not true
I am just disappointed in myself for
Not being able to get a hold of you because of that pride
On the rainy days you come and find me
Torturing me through the night
When the rain starts to stop, you follow
Slowly, little by little, you will stop as well
Torturing me through the night
When the rain starts to stop, you follow
Slowly, little by little, you will stop as well
I must be drunk, I think I need to stop drinking
Since the rain is falling, I think I might fall as well
Well this doesn’t mean that I miss you, no it doesn’t mean that
It just means that the time we had together was a bit sharp
When it’s the type of day that you really liked
I keep opening the raw memories of you
Making the excuse that it’s all memories, I take a step forward
I don’t even make the effort to escape
Since the rain is falling, I think I might fall as well
Well this doesn’t mean that I miss you, no it doesn’t mean that
It just means that the time we had together was a bit sharp
When it’s the type of day that you really liked
I keep opening the raw memories of you
Making the excuse that it’s all memories, I take a step forward
I don’t even make the effort to escape
Now
I erased all of you
I emptied out all of you
But when the rain falls again
All the memories of you I hid with effort
It all comes back, it must be looking for you
I erased all of you
I emptied out all of you
But when the rain falls again
All the memories of you I hid with effort
It all comes back, it must be looking for you
On the rainy days you come and find me
Torturing me through the night
When the rain starts to stop, you follow
Slowly, little by little, you will stop as well
Torturing me through the night
When the rain starts to stop, you follow
Slowly, little by little, you will stop as well
(To you) Now there is no path for me to return
But looking at your happy face
I will still try to laugh since I was the one
Without the strength to stop you
But looking at your happy face
I will still try to laugh since I was the one
Without the strength to stop you
On the rainy days you come and find me
Torturing me through the night
When the rain starts to stop, you follow
Slowly, little by little, you will stop as well
Torturing me through the night
When the rain starts to stop, you follow
Slowly, little by little, you will stop as well
What can I do about something that already ended?
I’m just regretting after like the stupid fool I am
Rain always falls so it will repeat again
When it stops, that’s when I will stop as well
I’m just regretting after like the stupid fool I am
Rain always falls so it will repeat again
When it stops, that’s when I will stop as well
Rain always falls so it will repeat again
When it stops, that’s when I will stop as well
When it stops, that’s when I will stop as well
Leanis menatap layar ponselnya, terjemahan dari lagu
Beast – Rainy Days membuatnya sadar bahwa sebagian dari apa yang dia baca di
lirik barusan juga dia rasakan. Hujan akan selalu membawa memori tua milik
Leanis kepadanya. Semakin deras hujan itu semakin kuat memori tua itu
bergentayangan di kepala Leanis. Dan benar saja, begitu Leanis berbalik menatap
keluar jendela disana tidak lagi terlihat apa-apa yang ada hanya kabut putih
dan suara rintik air yang membasahi bumi.
Pada akhirnya hujan juga rindu menyapa bumi. Seperti
sekarang, Leanis duduk di hadapan komputernya menatap komputernya lalu
tersenyum dan berucap samar “Rendi”. Selalu setiap kali hujan turun Rendi akan
mampir, membuatnya tersenyum lalu begitu hujan berhenti Rendi akan pergi
perlahan meninggalkan jejak di otak Leanis.
Dear Penguasa
Langit...
Saya kembali.
Setelah sebulan lebih tidak pernah menyapa-Mu kini saya hadir, datang untuk
mengantarkan surat protes saya. Kenapa harus hujan? Oh salah, kenapa harus
datang lagi disaat saya sudah benar-benar melupakannya. Kau yang mengontrol
hati ini yang membuatku bergerak juga berfikir, saya mohon hilangkanlah memori
tua itu. Dia selalu datang disaat yang tidak saya inginkan. Saya juga ingin
menikmati hujan dengan cara saya sendiri bukan dengan mengingat apa yang
seharusnya saya lupa. Saya mengingatnya disaat hujan bukan karena
merindukannya. Tapi karena lebih.... entahlah. Saya juga bingung. Kamu yang
lebih tahu jawabannya wahai Penguasa Langit. Malam ini saya ingin bertemu
sirius, tolong katakan padanya untuk muncul malam ini.
_Leanis_
Leanis menutup buku yang selalu dia bawa kemanapun
dia pergi. Hujan masih mengguyur kota makassar. Pikiran Leanis kacau karena
memori tua yang ditinggalkan Rendi untuknya. Satu-satunya cara Leanis
mengatasinya hanya menatap profile twitter Adit seraya mengucap mantra “Saya
suka sama kamu.” Berulang kali.
Hujan. Selalu ada cerita tentang seseorang di balik
hujan. Entah itu mereka menghabiskan waktu bersama di bawah hujan atau sekedar
melakukan hal yang sama di tempat yang berbeda ketika hujan turun. Memori tua
yang mampir bukan berarti tanda rindu hanya saja dia juga ingin sedikitnya
bersilaturahim setelah beberapa lama dilupakan. Anggaplah bertemu dengan teman
lama dengan begitu memori tua itu tidak akan begitu menganggu.
“Yaaa... hujannya berhenti deh.” Zalia tampak
kecewa.
Leanis tersenyum seraya berbisik, “Jangan pernah
mampir lagi. Bahkan ketika hujan turun.” [ ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar