Juli 14, 2012

Sebenarnya Saya Iri...


            Hari ini tgl 14 July 2012 ada banyak cerita yang pengen gue bagi. Entah gue harus memulainya darimana, gue emang selalu bermasalah dengan segala sesuatu yang begitu complicated bingung mesti mulai dari mana. Takutnya begitu gue mulai dari yang ada malah pembaca gue bakalan bosan, lalu ketika gue berfikir untuk memulai dari J pasti semua pada bertanya-tanya “Ini kenapa ada orang gila curhat?” Untuk menetralisir semua kebosanan dan pertanyaan gue mulai cerita dari sepatu gue yang di muntahin kucing aja.
            Hari ini di kantor tempat gue mengais rezki ngadain gathering karyawan, anyway gathering itu apaan ya? Yah, semua karyawan di kumpulkan dalam satu tempat dan melakukan hal yang seru-seru. Gue selalu suka ketika ngumpul-ngumpul macam ini, semacam ada kesenangan tersendiri yang selalu gue rasakan ketika berkumpul dengan orang-orang hebat seperti mereka.
            Awalnya emang nyenengin sih, bisa ngobrol dan bercanda dengan para karyawan juga bermain dengan anak-anak mereka. Senang juga bisa sedikit berguna dalam memutilasi sayur-sayuran juga buah-buahan. Ya, seperti yang pernah gue bilang “rasa senang itu ibarat bau kentut. Baunya bener-bener kerasa namun makin lama perlahan baunya ilang juga.” (Please, jangan tanya kenapa gue pake kentut sebagai perandaian).
            Semua rasa senang itu seketika hilang. Ya, lenyap bagai di telan Voldemort juga hilang bagai kentut yang di tiup angin, pergi menjauh dari keramaian. Rasa senang yang begitu membuat gue tersenyum sampai gigi gue pengen loncat keluar berganti menjadi rasa iri kala gue ngeliat beberapa karyawan datang dengan keluarga yang utuh. Ada ibu, ayah, dan seorang anak yang mereka gandeng. Senyum mereka merekah kala anak-anak mereka melakukan sesuatu yang lucu. Ya, kurang lebih seperti ini gambarannya...

Keluarga itu kayak gini
             Jujur saja ada rasa iri di hati gue, ya rasanya pengen langsung pulang saja terus nelpon ibu sama bapak gue dan bilang “Ma, pa, Arin ke sana sekarang. Kebetulan doraemon mampir dan minjemin pintu kemana sajanya.”
            Pemandangan-pemandangan keluarga yang utuh dan hangat membuat gue juga pengen ngerasain itu semua. Ya, hak gue untuk mendapatkan memory indah ketika kecil di rampas oleh krisis ekonomi yang membuat orang tua gue lebih sering banting-bantingin keramik di banding perhatiin gue. Kalau sekarang sih, tiap kali mereka mau banting keramin gue gak lagi diem, gue Cuma bilang “Pa, itu harganya 300 rebu loh. Sayang kalau di pecahin.” Dan gue jamin ketika gue ngomong begitu, bapak gue bakalan langsung ngebanting gue.

Si ibu lagi gantiin popok anaknya
            Karena krisis ekonomi juga, gue bahkan udah lupa apa semasa kecil gue juga sering di pakein popok alias pampers? Atau semasa kecil nyokap cuma makein gue popok dari karung goni? Atau mungkin dari kantong kresek hitam? Biar begitu gue pup, nyokap tinggal ngebuang tinja gue. Ketika ngeliat salah satu karyawan ngegantiin popok anaknya, sejujurnya gue bertanya-tanya “gimana rasanya pakai popok seperti itu?”. Untung saja dekat tempat kami gathering kagak ada mini market, kalau ada gak kebayang gue pakai popok ukuran XXL.
            Lalu puncak keirian gue meningkat drastis ketika gue sadar acara gathering karyawan ini juga merupakan acara rekreasi keluarga bagi mereka yang telah berkeluarga. Untuk kesekian kalinya, gue gak pernah lagi ngerasain rekreasi keluarga macam ini. Ini membuat gue makin pengen nyanyi lagu “Hey Jude”.
Padahal cuma numpang duduk doang
            Foto ini gue ambil ketika ulang tahun kakak gue yang pertama. Gue kangen masa-masa kayak gini, jalan-jalan bareng ibu, bapak, kakak-kakak gue juga adik-adik gue. Gue kangen ngumpul dengan mereka walaupun hanya makan di MC’D atau jajan di KFC. Gue kangen dengan candaan-candaan bapak yang kadang membuat kami tertawa sampai susah ngomong. Gue kangen dengan keoonan mama yang kini menurun ke gue, gue kangen masa-masa kayak gini. Kalaupun orang tua gue datang berkunjung kami akan sangat jarang menyatukan satu kesibukan dengan kesibukan yang lainnya.
            Memang benar kata orang-orang, “Hal kecil akan sangat gampang di lupakan ketika kesibukan memuncak.” Walaupun di rumah kami sering ngumpul namun ada kalanya salah satu di antara kami tidak ikut serta, dan ketika jalan-jalan pun selalu ada yang absen dari saudara-saudara gue. Yah, bersyukurlah kalian yang selalu punya waktu untuk keluarga dan saudara kalian. Karena di luar sana ada banyak orang yang iri ketika melihat satu keluarga sedang makan di sebuah kafe sambil tertawa renyah memecah keheningan malam yang hiruk pikuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar