Agustus 24, 2014

Uhibukka~

Sephia...
Pertama kali kami bertemu dengan tampilan seperti ini. Melihatnya hanya dari layar 13 inci sedang memegang ransel dengan senyum. Wajah bulat dengan mata sendu membuatku sedikit merasa aneh. Dia terlihat "mengagumkan". Sebuah komentar yang membawa kami pada sebuah kenyataan, bahwa Allah menjalankan takdir umatNya dengan tanpa kesengajaan. Tanpa suatu kebetulan. Mungkin beginilah kerja "Takdir". Tidak pernah saling membayangkan akan seperti apa kedepannya.

Bulan-bulan berikutnya, kembali lagi kami di pertemukan. Kali ini bukan sephia melainkan original. Bukan dalam bingkai, melainkan dalam sebuah gerak nyata. Dia duduk dengan menggunakan kaos berkerah bergaris merah - abu-abu. Yang aku tahu, malam itu dia benar-benar terlihat "menyebalkan". Hanya saja dia masih mengenalku, mengetahui namaku. Sesaat sebelum beranjak pulang dia mengulurkan tangan, berjabat, lalu pamitan dengan masih memanggil namaku.

Bulan berikutnya kami kembali bertemu. Layaknya manusia asing tidak pernah ada ucapan atau salam yang terlontar, hanya senyum yang sesekali jika mata kami saling menatap. Dia kembali muncul dalam minggu-minggu terbaik yang Allah berikan. Duduk diantara anak-anak kecil, mengajarinya layaknya seorang guru atau terlihat seperti seorang ayah. Dia disana, dengan kendaraan yang sama. Dengan plat nomer yang sama. Dan masih dengan beat yang sama dia berhasil.

Tahun berikutnya, entahlah. Ada saja jalan Allah menjauhkan atau justru mendekatkan kami. Aku tidak tahu kabarnya. Hanya senang menunggunya muncul di jejaring sosial. Mengatakan kekagumannya pada senja. Atau sekedar menyapa belahan bumi lainnya. Jika beruntung, aku mendapatinya sedang berbalas pesan dengan kawannya. Yang kadang justru membuat cemburu. Manusia memang kadang egois, ada kalanya belum menjadi bagian dari kehidupan seseorang, sudah seenaknya cemburu.

Lalu, tahun berikutnya. Aku benar - benar takjub. Lagi-lagi Allah menunjukkan sebuah jalan untuk umatNya bisa bersama. Entahlah, DIA Tuhanku yang membuatku memilih. Haruskah aku bertahan untuk sebuah cinta yang lama aku inginkan atau melepasnya dan memberi satu kesempatan untuk cinta yang lain seumur hidupku. Jika kalian diposisiku pilihan pertama mungkin jadi pilihan terbaik kita. Aku memilih takdir yang tanpa sengaja mempertemukan aku dengannya. Dengan dia yang setiap hari ku sebut dalam doa, dengan dia yang selalu diam tanpa kata setiap kali kami berada di satu ruangan yang sama, dengan dia yang selalu bertingkah sok ganteng, sok sibuk, dan segala sok-sok lainnya. Dengan dia yang selalu menyebalkan dan membuatku ingin menjitak kepalanya. Dengan dia yang selalu tersenyum dan membagi senyum untuk yang lain.

Kami hanya memulai dengan sebuah komentar di digital notes. Sebuah komentar yang membawa kami untuk saling mengenal satu sama lain. Sebuah komentar yang mungkin sudah Allah tuliskan untuk kami. Sebuah komentar yang pada akhirnya membuat kami berdoa untuk bisa saling menjaga satu sama lain. Sebuah hal kecil yang bisa menyatukan kami. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar