Cerpen : Ingin

"Ayah, aku ingin mati." Ucap seorang anak perempuan yang menangis dengan boneka di tangannya.


"Kenapa kamu bicara seperti itu nak?" Si ayah spontan saja langsung memeluk anaknya, dan memangguku di kursi bacanya.

"Aku ingin sekali menemui Rasulullah." Katanya lagi masih tersedu-sedu.

Ayahnya diam, memeluknya sebentar lalu memandangi wajah anak perempuannya yang belum menginjak usia 6 tahun. Si ayah tersenyum bahagia, dalam hati dia memuji kakak perempuan anak bungsunya ini.

"Menemui Rasulullah tidak harus dengan cara mati nak." Ucap ayahnya.

Tangis si anak berhenti mendadak, wajahnya mulai menatap serius wajah ayahnya. Wajah yang selama lima tahun terakhir menemaninya bermain dan menghafal Qur'an. Tidak jauh dari tempat mereka berbicara, kakak perempuan si bungsu ini berdiri menatap mereka, hanya cekikikan kecil yang dia tahan di depan pintu kamarnya.

"Menemui Rasulullah bisa dengan kamu menghafal Al-Qur'an nak. Bisa dalam shalatmu, juga bisa dalam puasamu. Menemui Rasul tidak harus dengan mati dahulu nak." Ada tangis yang di tahan si ayah saat menyebut menemui Rasul berulang kali.

"Jadi kalau aku sudah hafal Qur'an, aku bisa menemui Rasul?" Kata si bocah.

"Tentu saja bisa. Kamu bisa menemuinya di dalam ayat-ayat Allah." Balas si ayah.

"Tapi kata teteh, Rasulullah tinggalnya di langit yah. Dan jika ingin ke langit harus mati dulu." Si kecil mulai menangis lagi.

"Rasul memang tinggal di langit. Tapi untuk bertemu dengannya tidak harus ke langit dahulu, kita bisa minta sama Allah bertemu dalam mimpi." Jelas si ayah kembali.

"Begitu ya yah?"

"Iya cantik. Jadi sekarang ambil wudhu dan berdoa sama Allah." Si ayah mengantar anaknya untuk berwudhu.

"Kamu cerita apa lagi ke adikmu sampai begini?" Bisik si ayah pada anak sulungnya.

"Biar neng cintanya ke Rasul lebih besar yah." Balas si sulung.