Februari 22, 2014

Yang Menyukaimu (DA)

Dear Manusia Fiksi...

Hari ini lagi-lagi hujan, katanya jika hari Jumat hujan turun maka seminggu kedepan hujan akan terus-terusan turun. Kamu masih suka dengan hujan kan? Mungkin bukan hujan badai seperti yang biasa kamu gambarkan (kala pulang dari tempatmu mencari rezki) tentang hujan yang kamu sukai. Aku pun tidak begitu mengerti, hanya saja setiap kali hujan turun sekarang entah deras atau hanya gerimis, ingatan kecil ini akan langsung mengarah padamu, manusia fiksi.

Satu tanggal di bulan Februari bisa menjadi tanda untuk kita, aku pun awalnya tak tahu. Lagi-lagi kamu yang mengingatkan akan tanggal itu. Tanpa tanggal itupun sebenarnya aku telah melingkari angka jauh sebelum kamu melingkarinya. Entah sejak kapan kamu menjadi begitu nyata sekarang. Sangat nyata. 

Masih ingat awal mula kita bertemu? Pertengkaran pertama yang begitu membuatmu terlihat begitu buruk? atau mungkin kado pertama yang aku berikan? Kita pernah, bukan sekali. Hanya saja waktu itu aku masih hidup di dunia nyataku. Tidak seperti sekarang, tiap kali aku membuka mata dan mendapati beberapa pesan singkatmu atau sekedar melihatmu dari jarak 40 cm aku selalu merasa masih tidur, masih di dunia mimpi. Jika memang, aku lebih senang seperti ini terus, terus tidur dan tidak pernah kembali di dunia nyataku dua tahun lalu.

Apa kabar senjamu? Kamu belum pernah bercerita tentang senja dalam arti lain. Apa itu sebuah nama yang kamu berikan untuk orang special di kehidupanmu atau memang kamu begitu menyukai senja dalam arti sebenarnya? Ini pun kamu tidak pernah bercerita. Tidak pernah pula kamu bercerita luka di tangan kirimu atau tanda lahir di pergelangan kakimu, jika aku tidak salah mengingat. Perihal mengingat sesuatu sekarang tidak lagi bagus untukku. Yang aku tahu, hanya alasan kamu tidak menyukai tempe. Selebihnya masih saja aku menerka-nerka, apa warna favoritmu? Kamu senang menggunakan gelang atau tidak? tempat favoritmu dimana? Hanya sebagian kecil yang aku tahu tentangmu, namun tidak membuatku merasa tidak tahu apa-apa tentangmu.

Mungkin lain kali kita bisa menghabiskan waktu seharian, sekedar mengobrol tentangmu. Atau membicarakan masa depan yang kita pun belum tahu pasti. Atau mungkin kita bisa menghabiskan waktu hanya dengan berkeliling menggunakan motor, atau berjalan kaki. Hanya jika kamu tahu, berjalan kaki denganmu lebih menyenangkan di banding menggunakan motor. Tapi sayang dalam tujuh hari itu, tidak pernah ada waktu untuk kita. Bahkan jika bertemu pun, hanya saling melempar tatap. Berbicara sekali lalu kembali ke rumah masing-masing. Tampaknya aku mulai sedikit egois perihal tentangmu.

Lalu, ketika kita saling mengingatkan tentang salah hari ini. Kamu hanya berkata "Bertukar argumen justru akan membuatnya jadi buruk, kamu kecapean sepertinya. Istirahatlah..." Satu dari tiga orang yang setiap kali aku berargumen dengannya hanya kamu yang berbicara seperti ini. Tidak menambah masalah. Bagaimana bisa aku tidak menyukaimu? Dan esok paginya, selalu kamu yang membuat ego ini luluh dengan ucapan "selamat pagi".

Jika dalam sehari aku membuat salah maafkan. Perempuan ini hanya rindu, untuk bertemu lama denganmu. Perempuan ini hanya tidak tahu bagaimana bersikap sewajarnya di depanmu. Karena perempuan ini sebenarnya terlalu menyukaimu.

"Jaga hati dan imanmu" manusia fiksi. Karena Allah menatap kita, DIA melihat kita. Apakah kita bisa menjadi KITA  dalam artinya yang sebenarnya tergantung restu-Nya. Baik-baiklah disana, selalu kancing jaketmu jika kamu dalam perjalanan. 

Yang selalu menyukaimu (DA)

Arini Aris.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar