Akhirnya ada satu kesempatan untuk sekiranya melepas rindu dengan sosok wanita terhebat di duniaku. Hampir setahun lamanya kami tak jumpa, teleponnya hanya beberapa kali sehari jika memang salah satu dinatara kami tidak sibuk. Karena yang aku tahu, mama adalah sekertaris bapak. Jadi setiap kali bapak keluar kota untuk mengurus ini-itu atau sekedar ngajar pasti selalu ada mama. Mereka selalu terlihat kompak bersama, dan selalu setiap hari juga aku meminta agar diberi jodoh tidak jauh seperti ayahku. Lelaki hebat, yang setiap malam jika urusan diluar berakhir larut dia memilih menempuh perjalanan pulang di banding nginap di hotel. Hanya untuk melihat mama. A good love story, isn't it? :)
Arin : "Tahun depan rencananya saya mau ngangkat anak mah. Boleh kan?"
Mama : "Nikah saja dulu nak, nanti setelah nikah juga ada anak. Kamu itu ada-ada saja."
Sebuah awal perbincangan yang tidak mampu saya teruskan.
Arin : "Arin belum kepikiran kesana ma. Masih senang dengan semuanya, masih banyak yang mesti dikerjakan juga. Lagian abang juga harus nikah dulu kan baru saya."
Mama : "Abang kamu itu lulus S3 sudah mau nikah. Yah, mungkin pertengahan tahun depan atau akhir. Setelahnya kan bisa kamu. Mama sama bapak itu sudah cukup tua loh, sebelum ajal menjemput mama mau lihat anak-anak mama nikah"
Arin : "....."
Mampu. Gawat darurat! Selalu saja kehabisan kata ketika ngobrol dengan mama.
Mama : "Memangnya gak ada cowok yg kamu taksir. Kamu kan setiap hari ketemu sama banyak orang. Masa gak ada satu yang cocok."
Arin : "Yang di taksir sih ada mah, cuma sayangnya saya gak tahu dia naksir balik gak. Hahahaha...."
Itu ketawa terhambar saya hari ini. Mama cuma senyum-senyum saja.
Mama : "Yang dulu kamu cerita itu. Yang kamu kasih liat fotonya, yang tinggi dan ganteng itu gimana?"
Arin : (Pura-pura amnesia) "Ohhh, yang itu. Hahaha, ga tahu ma."
Ternyata ada sedikit ingatan mama perihal dia. Wah, a moment to remember lagi nih.
Mama : "Kamu kalau cari calon mesti yang seperti tamu mama tadi. Ada mobil peribadi.....
Arin : (Yg saya taksir juga ada motor pribadinya ma)
Mama : ".... Kerjaannya juga tetap..."
Arin : (Yg saya taksir juga punya kerjaan kok, ma. Nanti kan bisa di tetapin saja. Ehh, ada ga yah?)
Mama : "...Anaknya aktif di kegiatan pemerintahan..."
Arin : (Kerenan yg saya taksir ma, aktif di dunia sosial. Suka anak-anak pula!)
Mama : ".... Dan terlebih lagi punya rumah sendiri..."
Arin : (Yang saya taksir juga tinggal di rumah kok ma.)
Mama : "... Tapi yang paling penting sih, agamanya baik. Sholatnya juga ngajinya."
Arin : "Saya setuju bagian terakhir deh ma. Walau belum punya mobil atau rumah dgn nama sendiri dan lain halnya yang penting sholatnya bagus kan mah, saya boleh pilih yang seperti ini klo ada?"
Mama : "Kamu itu gak dengerin dari awal ya?"
Cara terbaik ketika mama mulai ngomong soal materi cuma setujuin yang bagian belakangnya. Seberapa kayaknya atau baiknya org kalau gak sholat atau jarang ngaji pasti jadi jelek. Sesuka-sukanya mama sama uang, dia lebih suka sama Allah. Wah, like mother like daughter x).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar