Desember 31, 2013

2014, Maaf dan Terima kasih

Assalamu’alaikum wr wb...

Wah setiap kali menulis surat saya seperti hendak berdakwah. Saya senang menulisnya, mengingatkan saya kepada Allah. Lagi-lagi saya menulis surat, lagi-lagi surat untukmu. Padahal surat untuk calon sahabat pena yang sekarang ada di tangan tidak pernah saya tulis. Kapan-kapan saya kenalkan sama calon sahabat pena saya.

Langsung saja. Perihal surat kemarin, saya memohon maaf untuk setiap kata yang mungkin membuatmu tersinggung. Bukan maksudku, hanya saja saya terlalu cemburu melihat kamu dekat dengan perempuan lain (padahal bukan siapa-siapa). Kata seorang teman, saya selalu terlihat lucu kalau lagi cemburu. Karena saya tidak pernah bisa menyembunyikan rasa cemburu saya. Di tambah lagi orang yang saya kagumi mengatakan kamu buruk. Pembelaan yg saya lakukan pun tidak berhasil. Tenang saja, saya akan terus membelamu jika memang tidak sesuai dengan apa yang saya lihat. Jadi perihal kemarin, saya benar-benar memohon maaf.

Lalu, terima kasih banyak. Untuk setiap hal menakjubkan yang kamu perlihatkan. Jujur saja, turun langsung dalam kegiatan sosial pertama kali saya lakukan itu karena kamu. Kamu memperkenalkan saya pada satu dunia baru yang ternyata begitu indah. Banyak rasa syukur, makin dekat Allah, ingin menjadi orang yang berpengaruh, juga makin membuat saya semangat untuk terus hidup ketika permasalahan lain justru membuat saya hampir mati. Semua berkat Allah, namun perantaranya kamu.

Boleh saya sedikit berkomentar perihal isi suratmu yg kemarin?
“Cinta yang baik itu tidak terikat kejadian dan frekuensi bertatap mata!” Ya, saya tahu perihal itu. Saya pun tahu hukum dalam islam jika menatap yang bukan mahram. Hanya saja kejadian beberapa tahun silam membuat saya sedikit takut jika kembali terulang. Kami (sebuat saja saya dan dia) dua tahun pertama tidak pernah sekalipun bertatap muka selain sebuah foto. Tahun berikutnya pun demikian, apalagi ketika dia pindah jauh dari kota ini. Jarak kami makin jauh, frekuensi bertatap muka pun makin mustahil. Saya selalu percaya jika disini saya melakukan hal yang baik maka pasangan saya juga akan berbuat baik disana. Tapi nyatanya tahun keempat tidak demikian. Kami bertatap muka sekali, perpisahan terakhir. Kado terbaik yang dia berikan tepat di hari ulang tahun saya bukan komik naruto atau bunga tanpopo yg saya suka, melainkan ijab kabulnya dia dengan seorang perempuan. Karena itu, kali terakhir saya menyukai seseorang saya tidak mau jika tidak melihatnya dalam beberapa hari.

Dan lagi, perihal kamu ingin berhenti berbagi dengan mereka. Tolong pikirkan lagi, kalian sudah dekat. Akan sangat jahat rasanya hanya karena masalah sepele kamu justru menjauh dari kebaikan. Saya pernah merasakan hal yang paling tidak mengenakkan, jadi sudah biasa. Tidak perlu dipikirkan apa-apa perihal saya.

Lalu ucapan kamu tentang mereka, “saya tau kemana harus datang kalau kangen sama mereka... “ Lantas bagaimana denganku, jika rindu menghampiri, dan kamu tidak lagi disana. Saya tidak tahu harus kemana! Saya senang kita seatap, bersama-sama membagi apa yang kita miliki walau kadang hanya saling melempar senyum atau sekedar bertanya dan menjawab seadanya. Satu hal lagi, bagi saya menyukai seseorang adalah proses yang sulit. Saya tipikal orang yang susah jatuh hati, tapi sekali suka bakalan suka terus. Sampai ketika yang disuka nikah. Maka doa juga lainnya akan terputus, karena saya tahu Allah akan sangat marah sama saya ketika dia tahu saya masih menyukai dan mendoakan suami orang lain. Jadi cepat-cepatlah temukan wanita baik-baik lalu menikah. Dengan begitu saya akan tenang, karena ada yang menjagamu dalam doa dan nyata.

Terima kasih banyak untuk semuanya dan maaf untuk setiap tindakan kecil yang mungkin berdampak banyak. Lain kali kita bertemu, bersikap wajarlah seperti kemarin-kemarin. Seolah memang tidak ada apa-apa diantara kita. 2014 sudah dekat. Semoga seseorang dibelahan bumi yang lain segera menghampirimu.


^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar