Langit malam selalu menjadi hal terbaik yang bisa membuatku lupa padamu. Ya, diatas sana dari kejauhan akan ada Sirius yang memperhatikan setiap gerak gerik seluruh manusia di Bumi ini. Suatu tempat yang begitu membuatku sangat jatuh cinta. Suatu tempat dimana aku menemukan setiap problematika kehidupan, suatu tempat dimana kamu akan selalu ada.
Apa kabar penyuka Jingga dan langit biru? Kalian berdua adalah hal terindah yang Tuhan pernah berikan untukku. Sebutan jingga itu ku dapat darimu bukan? Dan langit biru itu pemberian darimu juga. Kau yang tidak terlihat namun begitu jelas dipelupuk mata ini. Siluet wajahmu selalu mampir, mengunjungi setiap pagiku dengan ucapan 'Selamat Pagi' yang selalu di ucapkan hati.
Mimpi itu masih sama. Masih kamu yang ada disana, masih wajahmu yang tersenyum penuh arti yang menghiasinya. Sebuah semangat yang pernah padam namun berhasil kembali karena perantaramu. Kamu yang ku sebut 'Penyala'. Kamu yang ku sebut 'Inspirasi'. Dan kamu yang sering ku sebut 'Masa Depan'. Entahlah jika Tuhan berkehendak bisa jadi kamu masa depan atau malah jadi masa lalu.
Aku bukan tipikal wanita yang mudah dijodohkan. Seringkali aku ucapkan disetiap obrolan dengan beberapa teman, juga dalam beberapa tulisan. Jatuh cinta itu sulit, sama sulitnya meraih bulan purnama yang terlihat indah beberapa malam yang lalu. Jika saja jatuh cinta seperti merebut permen dari anak kecil mungkin setiap hari aku bisa saja jatuh cinta, namun nyatanya tidak. Masih kamu yang ada disini, disetiap sudut memori yang hampir penuh karena ketidakjujuran. Biarlah Tuhan yang menyampaikannya, membuatnya terlihat lebih Indah.
Jauh atau dekat kamu tetap sama. Senyum itu. Tawa itu. Semangat itu. Kebaikan itu. Semuanya satu paket yang bertuliskan 'KAMU'. Bagaimana mungkin sebuah hati tidak jatuh cinta pada sosokmu? Sosok yang senantiasa membuat orang lain tersenyum, sosok yang sabar, sosok yang begitu bertanggung jawab. Ya, ini masih seputar kamu. Kamu yang terus menerus membuatku percaya, bahwa Mimpi bisa kita raih jika kita berusaha dan dengan bantuan Tuhan. Kamu juga yang membuatku tidak lagi sedih untuk hal-hal yang tidak begitu penting, seperti ucapanmu setahun lalu "Hidup terlalu indah untuk dibuat sedih, Rin."
Dan sekarang aku rindu dengan obrolan singkat kita. Rindu ucapan selamat berbuka puasa darimu. Rindu saling bertegur sapa kala kita berada di ruangan yang sama. Rindu melihatmu mengajari anak-anak dengan sabarnya. Rindu mendengar suaramu yang sebenarnya lebih mirip chipmunks versi kena Flu. Dan rindu melihat kuda tungganganmu yang begitu terang. Semuanya masih seputar kamu. Setahun yang lalu.
Sekarang kita membangun sebuah tembok yang begitu besar. Mungkin aku yang membangunnya, bukan kamu. Atau kamu yang membangunnya karena aku? Setiap malam, akan ada aku diujung tembok itu berusaha mencarimu, berusaha mendengarkan suaramu, berusaha, merubuhkannya. Namun, kamu membuatnya makin berlapis-lapis. Aku hancurkan, masih ada bagian yang terlihat lebih kokoh. Tonasa mengambil perannya disini.
Jika masih ada kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Harapanku ada banyak, kamu akan menatapku ketika kita berbicara bukan malah membuang muka seolah yang berdiri di hadapanmu adalah seorang alien dari planet antahberantah yang tanpa sengaja jatuh dihadapanmu. Aku harap ketika kita bertemu, kamu bisa menyapaku seolah kita tidak pernah bermasalah. Aku harap masih ada ucapan selamat berbuka puasa untukku darimu. Masih ada kamu ketika aku benar-benar butuh. Seperti setahun yang lalu saat kita hanya saling mengagumi satu sama lain.
Mungkin aku yang begitu menyukaimu. Mungkin aku yang begitu kegeeran. Atau mungkin aku yang tidak bisa membaca tanda darimu. Maaf untuk kebodohan yang selalu kuperbuat. Ada kalanya jika berhubungan denganmu otakku serasa beku tidak mampu untuk berfikir jernih. Ini masih seputar kamu, si penyuka Jingga.
Ku dengar sebentar lagi kamu meraih gelarmu. Kedepannya akan lebih sulit, bukankah kehidupan memang seperti itu. Ku harap seseorang di belahan bumi lainnya segera datang padamu. Seperti yang selalu kamu katakan. Aku, melihatmu dari kejauhan saja. Tahu kamu bahagia dan hidup dengan sehat juga baik sudah cukup untukku. Tahun depan aku masih berharap, keadaan kita bisa lebih baik dari sekarang. Seperti setahun yang lalu. Ini masih seputar kamu. Semua masih seputar kamu.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar