Juni 25, 2013

Surat Kecil Untukmu

            ..............
           Kata orang, cinta itu dari mata turun ke hati. Tapi anehnya saya tidak pernah merasa seperti itu. Menyukaimu adalah sebuah karunia yang Tuhan berikan, sebuah anugrah yang begitu berarti dari-Nya. Dan untukmu Rendi Gumilang, saya begitu berterima kasih. Terima kasih karena telah mampir di lingkaran kehidupan saya yang tidak begitu indah.
            Jika saya tidak mengenalmu, tidak akan pernah saya mengenal dunia. Dunia yang hanya menjadi sebuah mimpi yang selalu hidup di imajinasi saya. Saya tidak akan mengenal dunia yang sebenarnya. Kamu membuat saya hidup, benar-benar hidup di tengah semua kebosanan saya tentang kehidupan.
             Kamu orang pertama yang mengatakan saya jelek tanpa kerudung. Dan kamu juga orang pertama yang menegur saya terang-terangan saat semua orang dengan wajah palsunya mengatakan hal sebaliknya. Kamu juga orang pertama yang membuat saya sadar bahwa Allah menciptakan tubuh ini untuk pasangan kita kelak, bukan untuk diperlihatkan pada orang-orang.
            Saya masih ingat kalimat yang kamu kirimkan ke saya ketika saya terang-terangan cemburu dengan Miss A. “aku kan normal.Tapi aku lebih senang ngeliat cewek yang menutupi keseksiannya. Disimpan sampai nanti cuma aku aja yang tahu pas udah nikah.” Sejak itu saya berjanji di hadapan-Nya untuk terus menjaga kain lebar ini menutupi tubuh juga kepala. Bukan semata-mata untukmu tapi untuk calon suamiku kelak yang entah siapa, tapi semoga itu kamu Rendi. Jika memang Allah menghendaki semoga pria itu kamu.
            Oh iya, apa kamu masih ingat ajakan untuk liburan ke Bali? Saya masih ingat, dan saya masih nunggu kapan kamu bisa. Ahh... andai waktu bisa diulang lagi waktu itu saya akan berkata “iya” tanpa berfikir lama. Ada hal yang begitu ingin saya tanyakan Rendi. Setidaknya ketika saya tahu saya bisa melepasmu dengan ikhlas. Bisa berdamai dengan perasaan saya sendiri. Saya juga ingin bahagia Rendi, sama sepertimu. Tertawa setiap hari tanpa harus memikirkan beban yang menumpuk di kepala. Saya juga ingin bisa menyukai orang lain, sama seperti ketika menyukaimu. Tapi hati ini belum ikhlas jika belum tahu jawaban darimu.
            Saya harap masih ada waktu untuk kita bertemu. Bercanda seperti dulu, berbicang seperti dulu hingga kamu tertidur di ujung telepon. Saya harap saya masih bisa berbicara denganmu sejam atau 30 menit. Atau jika kamu sibuk 10 menit juga cukup. Terima kasih banyak untuk kebahagiaanmu, my dearest mr.lolipop...
WL,
ARINA


Untuk Rendi

           Senja sore itu cukup diam, dia hanya memperhatikan dua anak manusia yang sibuk dengan pikirannya masing-masing. Rendi dan Fitri terdiam, tidak ada pembicaraan yang terjadi diantara mereka. Mereka sibuk memandangi jingga yang kian terlihat cantik dan anggun.

            “Maafin aku Rin.” Rendi masih menatap langit sembari memegang buku Arina dengan begitu kuat. “Cepatlah bangun, bukan untukku tapi untuk ayah dan ibumu.” Sambungnya lagi dalam hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar