..............
Kata orang, cinta itu dari mata
turun ke hati. Tapi anehnya saya tidak pernah merasa seperti itu. Menyukaimu
adalah sebuah karunia yang Tuhan berikan, sebuah anugrah yang begitu berarti
dari-Nya. Dan untukmu Rendi Gumilang, saya begitu berterima kasih. Terima kasih
karena telah mampir di lingkaran kehidupan saya yang tidak begitu indah.
Jika saya tidak mengenalmu, tidak
akan pernah saya mengenal dunia. Dunia yang hanya menjadi sebuah mimpi yang selalu
hidup di imajinasi saya. Saya tidak akan mengenal dunia yang sebenarnya. Kamu membuat
saya hidup, benar-benar hidup di tengah semua kebosanan saya tentang kehidupan.
Kamu orang pertama yang mengatakan saya jelek
tanpa kerudung. Dan kamu juga orang pertama yang menegur saya terang-terangan
saat semua orang dengan wajah palsunya mengatakan hal sebaliknya. Kamu juga
orang pertama yang membuat saya sadar bahwa Allah menciptakan tubuh ini untuk
pasangan kita kelak, bukan untuk diperlihatkan pada orang-orang.
Saya masih ingat kalimat yang kamu
kirimkan ke saya ketika saya terang-terangan cemburu dengan Miss A. “aku kan normal.Tapi aku lebih senang
ngeliat cewek yang menutupi keseksiannya. Disimpan sampai nanti cuma aku aja
yang tahu pas udah nikah.” Sejak itu saya berjanji di hadapan-Nya untuk
terus menjaga kain lebar ini menutupi tubuh juga kepala. Bukan semata-mata
untukmu tapi untuk calon suamiku kelak yang entah siapa, tapi semoga itu kamu
Rendi. Jika memang Allah menghendaki semoga pria itu kamu.
Oh iya, apa kamu masih ingat ajakan
untuk liburan ke Bali? Saya masih ingat, dan saya masih nunggu kapan kamu bisa.
Ahh... andai waktu bisa diulang lagi waktu itu saya akan berkata “iya” tanpa
berfikir lama. Ada hal yang begitu ingin saya tanyakan Rendi. Setidaknya ketika
saya tahu saya bisa melepasmu dengan ikhlas. Bisa berdamai dengan perasaan saya
sendiri. Saya juga ingin bahagia Rendi, sama sepertimu. Tertawa setiap hari
tanpa harus memikirkan beban yang menumpuk di kepala. Saya juga ingin bisa
menyukai orang lain, sama seperti ketika menyukaimu. Tapi hati ini belum ikhlas
jika belum tahu jawaban darimu.
Saya harap masih ada waktu untuk
kita bertemu. Bercanda seperti dulu, berbicang seperti dulu hingga kamu
tertidur di ujung telepon. Saya harap saya masih bisa berbicara denganmu sejam
atau 30 menit. Atau jika kamu sibuk 10 menit juga cukup. Terima kasih banyak
untuk kebahagiaanmu, my dearest mr.lolipop...
WL,
ARINA
Senja
sore itu cukup diam, dia hanya memperhatikan dua anak manusia yang sibuk dengan
pikirannya masing-masing. Rendi dan Fitri terdiam, tidak ada pembicaraan yang
terjadi diantara mereka. Mereka sibuk memandangi jingga yang kian terlihat
cantik dan anggun.
“Maafin aku Rin.” Rendi masih menatap langit sembari memegang
buku Arina dengan begitu kuat. “Cepatlah
bangun, bukan untukku tapi untuk ayah dan ibumu.” Sambungnya lagi dalam
hati.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar