Panggil saja
mereka si kembar. Dua anak perempuan yang memiliki cita-cita sama, menjadi
seorang dokter. Hanya saja spesifikasi dari dokter itu yang berbeda. Yah,
jawaban itu yang saya dengar beberapa bulan yang lalu. Mungkin jika saja mereka
di tanya kembali bisa saja mereka tidak lagi menginginkannya, mungkin menjadi
seorang guru atau seorang pengusaha yang sukses. Setiap manusia bisa dengan
cepat merubah impian mereka bukan?
Lalu, seseorang
yang begitu cantik yang masih begitu muda namun tidak sempat dekat dengan saya.
Sebut saja namanya Tiara. Usianya mungkin sekitar lima tahun, itu prediksi saya
ketika pertama kali melihatnya. Keinginan memiliki anak seperti Tiara pun
sempat terlintas, wajah cantik dengan hidung yang mancung dan bibir yang tipis.
Bukankah wajah seperti itu akan terlihat manis?
Ibnu dan Rio,
dua anak kelas tiga SD ini begitu canggung jika diminta untuk membaca
percakapan di buku bahasa Indonesia mereka. Saling dorong lalu tertawa cirri
khas mereka. Saling tunjuk juga menjadi kebiasaan mereka ketika diminta untuk
memulai membaca. Namun, semangat untuk terus belajar Bahasa Indonesia terus ada
di diri mereka. Senyum itu akan selalu saya rindukan.
Bagaimana
menyebut “Malaikat” dalam bahasa inggris? Tidak ada yang tidak tahu, “Angel”
seperti itulah pengucapan malaikat dalam bahasa Inggris. Anak yang satu ini
lebih terlihat Asia disbanding yang lain. Kulit putih dengan suara yang
cempreng menjadi penandanya. Jika sedang berkumpul, Angel yang paling semangat
setelah si kembar Ana – Ani. Angel suka menggambar, itu yang dia katakana
ketika saya memberikan kertas sketsa untuknya. Satu gambar yang dia berikan
ketika itu dia gambar menyerupai gambar di buku sketch saya. Di atas gambar itu
dia selipkan nama “Buatan Angel”. Bulan sekarang dia tidak lagi muncul, gadis
periang yang senang belajar itu tidak lagi pernah saya lihat, entah bagaimana
sekolah dia sekarang ini.
Tresya, satu
nama ini yang paling pertama saya tahu. Gadis berjilbab yang terlalu cepat
dewasa. Mungkin dia anak pertama, karena terkadang dia begitu egois dan selalu
ingin menang sendiri. Kakak perempuan saya juga seperti itu, dulu. Tresya salah
satu anak yang menurut saya terlalu cepat dewasa, bukan salah dia sih, mungkin
acara TV yang terlalu banyak memenuhi TV yang membuat dia seringkali berfikir
seperti anak Dewasa. Lucu sih, namun terkadang saya sedikit prihatin. Anyway,
Tresya ini salah satu anak yang cerdas jugn. Saya senang melihatnya ketika dia
berbicara seolah dialah yang paling tahu diantara semuanya.
Najib (Jika saya
tidak lupa), pertama kali melihat anak ini pikiran saya yang muncul Cuma satu
“Anak ini pasti bandel.” Soalnya ketika muncul ada luka di pelipis sebelah
kirinya. Anak-anak laki-laki yang memiliki luka seperti itu pastilah akibat
berkelahi. Tapi makin lama mengajarinya saya tahu satu hal. Najib itu anak yang
cerdas. Dia dengan gampang menangkap semua pelajaran yang diberikan. Bahkan
kami sempat adu cepat mengerjakan soal matematika, dan tebak beberapa kali dia
mengalahkan saya. Ketika saya tanya untuk kembali bertanding dia hanya bilang,
“Minggu depan lagi deh kak. Capek nih!”
Si kembar dan
Pasukan Macca. Mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan mereka semua. Si
kembar yang selalu tampak seperti Leader dengan anak-anak yang luar biasa.
Cerita saya segini dulu, lain kali jika masih ada waktu mungkin bisa saya
bercerita tentang pasukan Macca lainnya. Karena di Sikola Macca, pasukan Macca
bukan hanya mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar