November 10, 2012

Untold Story (MMA)

Sebelumnya mengutip dari buku berjudul KENING karya Fitri Tropica, gue iseng-iseng menjawab beberapa pertanyaan weird dalam bab pertamanya. entah Kenapa gue ngerasa kalau sebagian dirinya dalam bukunya di bab pertama hampir sama sama gue, cuma bedanya gue tipikal cewe yang Gampang banget lupa. Sementara teh fitri tipikal cewe yang Gampang il-feel. Oke di balik perbedaan kita berdua yang memang berbeda sangat jauh bagai sun go Kong dan biksu tong sang cong kami memiliki satu persamaan "we falling in love with someone once!".

Ketika baca buku KENING gue juga sempat ikutan menjawab pertanyaan 'pernah ngerasa sedih yang sampai bikin nangis gak sih?'

Mari kita berteori sebentar...
         Semua orang pernah merasa sedih, tapi sedih yg sampai bikin nangis mungkin jarang. kalau Kata gue disini beda ya, sedih karena terharu dengan sedih yang sampai benar-benar bikin nangis. Oke, let's answer that. Tidak Sekarang sih ya jawabannya, mungkin bakalan terjawab begitu kita melangkah ke bagian selanjutnya. Jika saja kalian tahu, memberi jawaban sekaligus untuk tiga pertanyaan itu Cukup sulit kalian bakalan ngerti jadi presiden itu gak mudah, sangat sulit (ini nyambungnya dimana?). Tidak perlu memikirkan titik nyambungnya dimana, karena selama film horor masih berbau porno titik nyambung itu tidak pernah terlihat.

Berapa kali pacaran?
         Untuk beberapa orang mungkin pertanyaan ini bakalan jadi pertanyaan yang paling Gampang buat di jawab. Tapi bagi gue enggak, ini pertanyaan tersulit juga paling gak bisa gue jawab. Bukan karena gue punya banyak pacar atau gebetan dalam kehidupan standar gue tapi benar-benar bukanlah sesuatu hal yang patut dibanggakan jika seseorang menyebut 8 kali, 5 kali, atau gak 3 kali sehari (seperti mengkonsumsi obat diare) mereka berpacaran.
          Satu hal yang bisa menjawab alasan Kenapa pertanyaan ini begitu memusingkan mungkin karena gue punya kekurangan atau kita sebut saja ini 'kebiasaan yang tak lazim' yaitu "gue susah jatuh cinta sama orang". Gue susah memadupadankan kebiasaan orang-orang yang mencoba dekat dengan gue, dan terlebih lagi prinsip dalam hidup gue jauh lebih berharga dibanding dengan seonggok rayuan pulau kelapa yang berujung dengan kematian frezeer di film Dragon Ball. Menemukan chemistry dari orang yang sedang pedekate itu bukanlah hal yang mudah seperti membalikkan telapak tangan anak-anak yang sedang memegang Lumpur berair.
       Karena sifat yang tak lazim ini pula yang membuat kehidupan semasa SMA gue sangat jauh dari Kata "cinta", yang gue tahu guru matematika gue begitu "cinta" sama gue sampai-sampai nilai matematika gue selalu Jelek, dan gue juga tahu dia "cinta" sama kakak gue, karena setiap kali gue salah dalam mengerjakan soal di papan dengan wajah Frankenstein-nya dan senyum jokernya selalu berkata "kakak dan adik sama saja." dan gue selalu berakhir menjadi siswa paling tolol dalam hitungan-hitungan. Lihat kan betapa menemukan chemistry itu begitu sulit, tidak semudah Rangga dan Cinta yang saling menyukai karena kesukaan mereka, tidak juga seperti Goku dan Chichi yang menikah karena menipu Goku yang tidak tahu apa-apa dalam film Dragon Ball.

How many times have you fallen in love?
       Bagian pertanyaan ini mungkin lebih mudah dijawab dibanding pertanyaan-pertanyaan diatas. Berhubung ini malam minggu gue bakalan rela mempermalukan diri gue diblog dengan sebuah pengakuan kecil yang gue sembunyikan beberapa bulan ini. Tepatnya dari bulan July. Hingga sekarang. Awalnya gue bingung mesti gimana, ini gak seperti cerita Romeo and Juliet yang berakhir Happy Ending. Gak juga seperti kisah Shopholic yang berakhir dia gak jadi gila belanja lagi, juga tidak berakhir seperti Nobita yang ada akhirnya menikah dengan Sizuka entah di abad keberapa. Apa yang gue alami lebih kompleks, rumit, dan terlalu.... You know, melow-drama. That's so... Gue bingung mesti nulis apa untuk menggambarkannya.
        Kisah gue di mulai ketika gue bertemu dengan seseorang bernama Raldi disuatu jejaring sosial. He's a good boy that I've ever meet. Dia anak yang supel, ramah, good looking, juga anak mamanya dan papanya. Dia tinggal jauh dari gue, sangat jauh, terima kasih buat penemu ponsel yang membuat yang jauh makin dekat, yang dekat makin dekat, dan yang jauh makin jauh. Nothin special happen to us. We chat like another, ngobrol ini dan itu lalu mulai berbicara hal yang tidak begitu penting.
        Hingga suatu Ketika tanpa sengaja dia ngomong gini ke gue, "kamu itu sebenarnya pakai kerudung apa tidak sih?" kesan pertama yang ditinggalkan seseorang Ketika beberapa orang di nimbuzz senang melihat wajah gue tanpa jilbab. Dan dia satu-satunya yang menegurnya. Berkata jujur dan membuat gue sadar, kalau wanita itu selalu cantik Ketika menggunakan jilbab. Wanita itu selalu terlihat anggun Ketika berjilbab. So,this is love? Gue bertanya pada hati yang sampai sekarang tidak terjawab.
        Dari Raldi kini berganti Andy, satu orang yang juga berperan penting dalam hidup gue, dalam pendewasaan diri gue. Dalam belajar ikhlas, juga belajar bagaimana agar chemistry itu tetap ada. Sama halnya Cinta dan Rangga ketika pertama kali bertemu, mereka melakukan sesuatu yang bisa menyenangkan orang lain. Gue dan Andy saling menyenangkan satu sama lain dengan mengobrol. Setahun gue sama Andy gue mulai bisa menemukan chemistry itu, tapi belum totally suka sama dia. Lalu, dua tahun kami sama-sama gue tahu beberapa kali dia bohong sama gue dan itu membuat dia kehilangan banyak point di mata gue, tahun ketiga gue tahu kalau apa yang kita jalani tidak seharusnya kita jalani. Kami begitu berbeda dalam banyak hal, kesetiaan, juga komitmen. Seperti sinchan dan mamanya. Ketika shincan berjanji tidak lagi makan chocobi namun dia melanggarnya. Juga seperti Nobita dan Doraemon yang menjaga satu sama lain tapi masih sering melanggar. Seperti itulah gue dan Andy, kami saling menjaga tapi tidak memiliki anything in common. So this is what we called love?
        Lalu, Juli 2012. Pengikut pertama gue di gubuk gue (panggilan kesayangan gue untuk blog gue), wajah pertama yang mengajari gue tersenyum tulus yang tidak gue dapat di Andy dan Raldi. Wajah pertama yang memperkenalkan gue pada tulisan melow-drama, fiksi, dan segala sesuatu yang membuat gue kini lebih mengerti bahasa Indonesia itu jauh lebih menyenangkan di banding bahasa Inggris. Orang pertama yang berhasil membuat gue penasaran dan setuju untuk mengejar kembali apa yang gue impikan setelah Andy sempat membuat impian gue terlihat tidak bernyawa sama sekali.
          You know him, begitu saja gue gambarkan dia si manusia pemilik senyum tulus. Begitu gue menandai malaikat tanpa sayap yang satu ini. Namanya tidak perlu gue sebutkan, beberapa dari kalian yang ngefans dengan kehidupan pribadi saya di Twitter pastilah tahu Siapa yang gue Maksud. Kehidupan seorang artis memang selalu tidak terduga, dalam seekan akan ada orang-orang yang menyebut diri mereka stalker mampir sekedar mengecek apa yang gue lakukan.
          Pertemuan pertama dengannya benar-benar diluar nalar gue, dia yang selalu sibuk ini dan itu ternyata masih memiliki jiwa sosial yang tinggi. Sayangnya dia menjadi orang kurang beruntung karena dijatuhcintai oleh gue manusia freak yang hanya tahu Makassar itu kota besar, kita bisa nyasar Kapan saja. Dunia memang tak selebar daun kelor, juga gak sebesar kolor Hulk. 
         Pernah merasa seperti ingin meledak? Atau seperti terbang bersama awan kinton dan mendapati kupu-kupu berbagai warna ikutan terbang bersama kalian. Lalu berhenti di sebuah taman bunga mawar putih yang berdampingan dengan bunga tanpopo yang membuat seolah bunga-bunga itu ingin ikutan terbang. Atau mungkin kalian pernah merasakan tanpa sadar kaki kalian akan menunjukkan secara tidak sadar ke arah orang yang kalian sukai ketika duduk. Atau seperti Doraemon yang matanya berbinar seolah ribuan bintang bersemayam disana ketika di beri Sekantong Dorayaki. Atau seperti Naruto yang malu-malu ketika di dekati Sakura. Kalian pernah merasakannya? Jika pernah itu berarti kalian jatuh cinta. Sama Siapa gue gak tahu, kebetulan gue bukan cenayang atau dukun.
         Gue pernah merasakannya, rasa ingin meledak ketika tangan gue berjabat dengan tangannya. Walaupun hanya sekedar berjabat tangan biasa, seperti yang dilakukan dua orang Muslim ketika pamitan. Gue juga pernah merasa seperti terbang bersama awan kinton ketika tanpa sadar mata gue tidak ingin berhenti menatap si pemelik senyum tulus itu, bahkan ketika dia menjauh dengan tunggangannya, mata ini seolah tidak ingin lepas menatapnya. Gue juga pernah merasa malu-malu seperti Naruto ketika bertemu dengan Sakura. Ketika tanpa sengaja gue melirik, mencuri pandang kearahnya lalu tanpa sengaja dia juga berbalik melihat wanita disamping gue (asli speechless). Gue bahkan pernah merasa seperti doraemon yang dicekokin tiga kilo dorayaki, ketika gue ngasih sesuatu ke dia dan dia ambil dengan senyum. Semuanya pernah terasa, terasa seolah kehidupan gue memang begitu hebat. Dari yang standar sampai ke yang high quality.
        So, we back to the previous question. Is it a love? Falling in love? Gue sampai sekarang gak tahu jawabannya. Yang gue tahu, gue senang melihatnya, senang menatapnya lama, dan deg-degan ketika memikirkannya. But, in another life. He's so good looking, dan sebagai cewek yang pas-pasan, cewek yang hanya bisa mengagumi, terpesona diam-diam lalu tersenyum diam-diam gue sadar satu hal. Betapapun gue suka sama si jenderal asing, suka diam-diam hanya akan tetap menjadi suka diam-diam. Tidak lebih dari seorang penguntit yang senang ketika melihat orang yang dia ikuti selama ini tertawa bahagia dengan orang lain. Sometimes, gue juga tahu diri kok. There's so many beautiful and perfect girl in his life,saya mungkin satu diantara perempuan yang tidak begitu menarik. Begitulah siklus jatuh cinta, dari wajah dulu baru kehati. Bukan dari hati dulu kemudian wajah.
          Kemungkinan juga si jenderal naksir sama gue mungkin 10 %, 5% karena dia kasihan ngeliat gue bak hamtaro yang kehilangan arah dan tak tahu jalan pulang. Dan 5% lagi karena mungkin terjadi bencana alam hebat dan kebetulan hanya gue wanita yang tersisa. So, sometimes kita juga Harus tahu diri ketika naksir sama seseorang. Dan itulah gue, jadi buat si jenderal ini jawaban gue semalam, "saya bukan sinis hanya saja sebel dan jengkel dengan sifat kamu. You know tidak seharusnya kamu menjauhi seseorang hanya karena dia 'suka' sama kamu. Dan membuatnya seolah kamu tidak lagi berteman dengannya. Saya tipikal orang yang tahu diri kok, tahu banget kalau apa imposibble itu selalu ada. Dan terjadi dalam hidup saya sekarang. So, bisa kan kita berteman seperti dulu, tidak merasa canggung satu sama lain."
         You know what, with you gue ngerasa gue makin dekat dengan mimpi gue yang dulu kandas dijalan. Mimpi menjadi seorang penulis yang sempat menjadi bahan tertawaan orang-orang, dan mimpi menjadi guru yang bisa menebar ilmu untuk yang lain. Cinta tidak membuat kita Harus memiliki bukan, Cukup seperti ini, Cukup menjadi inspirasi untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Cukup menjadi penggemarmu dari kejauhan saja, Cukup untuk membuat semua impian gue terwujud suatu hari Nanti. Kamu Cukup berdiri disana serya tersenyum tulus kepadaku. Itu sudah lebih dari Cukup.

          Yah, that's the untold story yang udah lama gue simpen dalam S-files. Kalian boleh menganggapnya fiksi juga boleh menganggapnya non fiksi, bagi gue story diatas hanya sebatas wacana, bisa saja non fiksi. Jangan terlalu percaya terhadap suatu tulisan. Tapi 95% persen, tulisan itu mengandung kebenaran. Jika kita jeli melihat bagian mana yang benar dan yang dibenar-benarkan. Beginilah hidup, selalu ada fiksi dan nonfiksi. Seperti halnya si jenderal, dia hanya akan jadi fiksi bumbu pemanis dalam kehidupan gue. Dan gue enjoy akan hal itu, karena ada rasa senang tersendiri ketika melihat orang yang kita sukai. That's all, selamat malam mingu, selamat menikmati waktu dengan orang terkasih. Selamat bingung dengan tulisan gue.

2 komentar:

  1. Untold story?
    awalnya aku bingung maksidnya apa, rapi makin mendekati akhir cerita aku baru mulai faham sama isinya, gak jauh bedalah sama kisah yang aku alamin, jatuh cinta sama seorang "Jendral" tapi aku cuma upik abu yang tidak mungkin terlihat atau mungkin saja terlihat namun tak dianggap :(
    Anyway, I like this story :)
    keep writing :)

    BalasHapus
  2. Menjadi seorang upik Abu justru lebih bagus karena pada akhirnya dia mendaptkan pangerannya. Suatu hari Nanti jendral kita bakalan ngeliat kok, asal jendral kita berbeda, bisa saingan kita klo jendral kita sama :D just believe. Terima kasih sudah mampir di gubuk saya :) maaf waktu mampir saya lagi benerin genteng jd tdk sempat bertemu.

    BalasHapus