Namanya Pamela, kehidupannya sangat normal diawal dia hijrah dari kampung halamannya. Tujuan hidupnya hanya satu, membuat kedua orang tuanya di kampung bangga. Pamela sangat terkenal sebagai anak rumahan, jangankan mall cafe atau tempat nongkrong lainnya dia tidak pernah tahu. Yang dia tahu hanya jalanan menuju kampus, rumah, warnet, dan rumah salah satu temannya ketika dia kesulitan mengerjakan tugas-tugas kampusnya.
Kehidupan Pamela di kota orang ini awalnya baik-baik saja. Dia hanya tahu bagaimana mengerjakan soal-soal atau tugas-tugas kuliah yang di berikan dosen, Pamela juga hanya tahu bagaimana menghabiskan malam-malamnya dengan belajar sambil bercanda bersama kedua kakaknya. Jika sedang malas belajar, Pamela akan menghabiskan malamnya dengan menulis beberapa cerita singkat tentang kehidupannya. Pamela tidak pernah lepas dari buku diarynya, disana dia selalu bercerita tentang apapun, apapun yang membuatnya marah, sedih, senang, atau merasakan sepi.
Semuanya sangat berjalan normal, sampai ketika Tuhan mempertemukannya Pamela dengan Rendi secara tidak langsung. Ya, pertama kali Pamela mengenal rasa suka ketika bertemu dengan Rendi secara tidak langsung. Lama kelamaan Pamela sering ngobrol dengan Rendi perlahan-lahan rasa suka itu berubah jadi rasa sayang atau anak ABG sekarang bilang 'C.I.N.T.A'. Bagaimana rasanya? ketika di tanya Pamela hanya menjawab, "Ketika kamu benar-benar suka dengan seseorang, jantung kamu akan berdegup sangat cepat tanpa tahu alasannya kenapa dia berdegup begitu kencang. Kamu juga akan selalu menunggunya bahkan ketika kamu tahu dia tidak muncul kamu tetap menunggunya."
Mungkin banyak yang akan bilang itu bukan suka melainkan tindakan bodoh seseorang. Tapi bagi Pamela yang baru kali pertama merasakan jatuh cinta, ini adalah hal yang luar biasa untuknya. Pengalaman cinta pertamanya tidak berjalan mulus, lagi-lagi Pamela harus bersabar. Orang yang disukainya ternyata tidak menyukainya seperti apa yang dia sangka. Rendi pergi tanpa pamit padanya.
Selang beberapa bulan Rendi menghilang, Pamela kembali di pertemukan dengan seseorang bernama Ardi. Walaupun luka lama yang di torehkan belum hilang, namun Pamela mencoba untuk memulai yang baru dengan seseorang yang mungkin bisa menerima dirinya seutuhnya. Pada akhirnya Pamela mencoba untuk menyukai orang ini, walaupun sebenarnya hatinya masih berharap Rendilah yang di posisi Arya.
Lalu apakah semuanya berjalan dengan baik dan sempurna?
Tiga tahun kemudian Pamela kembali bercerita, disaat dia benar-benar ingin melupakan Rendi dan memilih Arya sebagai satu-satunya pemilik hatinya justru Arya yang membuatnya benar-benar terluka. Tiga tahun mereka menjalin kasih dan tiga tahun pula Pamela di permainkan oleh Arya. Semua hubungannya di dasarkan pada kebohongan, tidak ada satupun kebenarannya yang dikeluarkan oleh Arya. Berita terakhir yang Pamela dengar, Arya menghamili anak orang. Hal itu membuat Pamela benar-benar terluka.
Beberapa minggu Pamela benar-benar down, tidak ada semangat sama sekali. Bahkan pernah sekali Pamela berfikir untuk mengakhiri hidupnya, semua karena luka yang dia rasakan benar-benar tidak sanggup dia lewati. Pamela benar-benar tipikal gadis bodoh, dia selalu berprinsip "ketika saya jatuh cinta maka saya akan terus mencintai org itu hingga Tuhan yang memisahkan kami."
Ketika ku tanya apa yang membuatmu begitu sakit? Pamela menjawab dengan senyum yang terlihat begitu pilu, "Bukan karena dia menghamili gadis lain. Hanya saja dia berbohong untuk waktu yang begitu lama. Dari awal aku pernah bilang padanya, ketika kamu suka dengan gadis disana kamu boleh pacaran selama kamu bilang sama saya dan memutuskan untuk mengakhiri hubungan kita. Aku hanya tidak suka di bohongi, dan yang paling membuatku terluka adalah Rendi. Aku memang menyukainya, tapi ketika masalah datang pada hubungannya justru aku yang di salahkan. Padahal aku pernah bilang jangan bertingkah seperti itu, tapi dia tetap membuat seolah saya ini orang special baginya. Dan semua itu aku tulis di diaryku, apa yang salah dari hobi menulisku?" Pamela menghentikan omongannya.
Terluka membuat kita belajar, membuat kita bisa lebih memahami hati, membuat kita lebih bisa memaknai hidup. Terluka membuat Pamela tersadar, selama beberapa tahun terakhir setiap malamnya sangat kurang dengan keluarga karena Pamela sibuk memikirkan orang lain yang justru tidak pernah memikirnya. Dia juga sadar betapa dia merindukan saat-saat berkumpul dengan teman-temannya, bercanda dan menghabiskan sore hari dengan obrolan yang tidak begitu penting. Terlebih lagi, terluka membuat Pamela lebih dekat dengan Tuhannya.
Sekarang ketika ku tanya bagaimana kamu menyembuhkan luka di hatimu? Pamela selalu menjawab dengan jawaban yang sama, "Saya tidak pernah menyembuhkan luka itu. Luka itu masih ada, masih membekas disini. Saya hanya coba berpura-pura bahwa saya tidak pernah terluka hingga saya lupa kalau saya telah berpura-pura."
Dan kembali aku melontarkan pertanyaan padanya, "Lalu bagaimana kamu melupakan dua sosok pria yang membuatmu terluka?" Kembali Pamela menjawab dengan senyum pahitnya, "Cinta pertama tidak akan pernah bisa kamu lupakan, ketika kamu lupa berarti itu bukan cinta pertama. Saya hanya berpura-pura, yah berpura-pura menyukai seseorang hingga kepura-puraan itu berubah menjadi cinta. Dan sampai sekarang saya masih menunggu kepura-puraan itu berubah dengan sambutan ramah darinya."
Setiap orang punya cara tersendiri mengobati luka di hatinya. Ketika terluka aku justru lebih banyak menghabiskan waktu bersama Allah dan teman-temannku. Karena sebagaimana yang sering di katakan orang-orang, dibalik kesedihan akan selalu ada tawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar