Oktober 10, 2014

#FLASHBACK

Udara malam masih terasa begitu menusuk. Rasa lelah juga rasa bimbang menjadi PR untuk dikerjakan di rumah. Udara malam ini entah kenapa begitu sesak, begitu membuat mata perih. Beberapa kali tangan harus mengusap tetesan air yang jatuh ke pipi. Beberapa kali juga suara isak tangis hendak disembunyikan. Pengemudi motor yang duduk di depan Cuma diam tanpa kata. Mungkin dia mendengarkan atau juga menebak-nebak, seseorang yang tengah duduk dibelakangnya sedang apa.

“Kalau kamu memang menyukai seseorang. Bilang sama dia perihal malam ini. Kalau memang juga dia punya perasaan sama kamu ya balik ke kamu lagi jawabannya.” Pengemudi motor itu bersuara dengan keras. Angin yang lumayan kencang membuatnya sulit untuk berbicara pelan.

“Udah, jangan nangis lagi!!” Sahutnya kemudian dengan laju motor yang cepat.

Mungkin malam ini akan jadi malam yang berat. Memutuskan beberapa hal untuk masa depan bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Menentukan pilihan akan hidup dengan siapa juga hal yang sangat sulit, banyak pertimbangan yang harus dipikirkan sebelum menjawab iya. Malam ini sebelum tertidur dalam kebingungan, sebuah surat harus diselesaikan. Menemukan sebuah jawaban yang sudah lama ingin diketahui. Entahlah, malam ini hanya ingin menangis rasanya. Ada bagian yang begitu sakit yang susah untuk disembunyikan.

Rasanya tidak adil jika kamu membiarkan seseorang dekat denganmu lantas menutup peluang untuk orang lain mengenalmu. Izinkan saya memperkenalkan diri dahulu, memberitahu bagaimana pandangan masa depan saya jika akhirnya Allah mengizinkan kita menikah dan kamu pun setuju.

“Kamu tidak ingin istikharah dulu. Biar jawabannya yakin. Biasa ibu yang sholat istikharah buat saya, tapi jika ada rasa bingung saya juga sering melakukannya. Minimal seminggu, rutin kamu melaksanakannya.”

Di saat yang bersamaan, seminggu itu seseorang tengah berusaha. Yang satu berusaha meyakinkan, sementara yang lain berusaha menemukan jawaban dari rasa bimbangnya. Yang seorang lain entahlah, setahuku dia juga berusaha. Hanya tidak terlihat.

Minggu berikutnya, tepat di sebuah kedai makan khas palembang sebuah jawaban akhirnya keluar. Memilih untuk tetap menunggu orang yang telah lama ditunggu. Sebuah keputusan yang mungkin menurut orang lain salah. Maninggalkan seseorang yang telah memiliki masa depan yang cukup untuknya, demi seseorang yang dia temukan dalam sholat istikharahnaya. Baginya cukuplah dia memilih karena Allah bukan karena materi.



Hari itu 241 hari yang lalu. Meninggalkan semua prinsipnya untuk seseorang yang telah lama dia tunggu. Bahkan jika kita terlalu sering berdebat dan membuatmu lelah, ingatlah seseorang tidak pernah lelah menunggu untukmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar