Udara malam masih terasa begitu menusuk. Rasa lelah
juga rasa bimbang menjadi PR untuk dikerjakan di rumah. Udara malam ini entah
kenapa begitu sesak, begitu membuat mata perih. Beberapa kali tangan harus
mengusap tetesan air yang jatuh ke pipi. Beberapa kali juga suara isak tangis
hendak disembunyikan. Pengemudi motor yang duduk di depan Cuma diam tanpa kata.
Mungkin dia mendengarkan atau juga menebak-nebak, seseorang yang tengah duduk
dibelakangnya sedang apa.
“Kalau kamu memang menyukai seseorang. Bilang sama dia
perihal malam ini. Kalau memang juga dia punya perasaan sama kamu ya balik ke
kamu lagi jawabannya.” Pengemudi motor itu bersuara dengan keras. Angin yang
lumayan kencang membuatnya sulit untuk berbicara pelan.
“Udah, jangan nangis lagi!!” Sahutnya kemudian dengan
laju motor yang cepat.
Mungkin malam ini akan jadi malam yang berat.
Memutuskan beberapa hal untuk masa depan bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah.
Menentukan pilihan akan hidup dengan siapa juga hal yang sangat sulit, banyak
pertimbangan yang harus dipikirkan sebelum menjawab iya. Malam ini sebelum
tertidur dalam kebingungan, sebuah surat harus diselesaikan. Menemukan sebuah
jawaban yang sudah lama ingin diketahui. Entahlah, malam ini hanya ingin
menangis rasanya. Ada bagian yang begitu sakit yang susah untuk disembunyikan.
Rasanya tidak
adil jika kamu membiarkan seseorang dekat denganmu lantas menutup peluang untuk
orang lain mengenalmu. Izinkan saya memperkenalkan diri dahulu, memberitahu
bagaimana pandangan masa depan saya jika akhirnya Allah mengizinkan kita
menikah dan kamu pun setuju.
“Kamu tidak ingin istikharah dulu. Biar jawabannya
yakin. Biasa ibu yang sholat istikharah buat saya, tapi jika ada rasa bingung saya
juga sering melakukannya. Minimal seminggu, rutin kamu melaksanakannya.”
Di saat yang bersamaan, seminggu itu seseorang tengah
berusaha. Yang satu berusaha meyakinkan, sementara yang lain berusaha menemukan
jawaban dari rasa bimbangnya. Yang seorang lain entahlah, setahuku dia juga
berusaha. Hanya tidak terlihat.
Minggu berikutnya, tepat di sebuah kedai makan khas
palembang sebuah jawaban akhirnya keluar. Memilih untuk tetap menunggu orang
yang telah lama ditunggu. Sebuah keputusan yang mungkin menurut orang lain
salah. Maninggalkan seseorang yang telah memiliki masa depan yang cukup
untuknya, demi seseorang yang dia temukan dalam sholat istikharahnaya. Baginya
cukuplah dia memilih karena Allah bukan karena materi.
Hari itu 241 hari yang lalu. Meninggalkan semua
prinsipnya untuk seseorang yang telah lama dia tunggu. Bahkan jika kita terlalu sering berdebat dan membuatmu lelah, ingatlah seseorang tidak pernah lelah menunggu untukmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar