Juli 15, 2013

NOW, I MISS YOU...

            Hujan lagi-lagi menyisakan sebuah kenangan yang selalu datang tanpa diundang. Dia selalu bisa menghadirkan sebuah kenangan manis yang masih tersimpan rapi di laci kenangan. Hujan dan kamu selalu saing berkaitan satu sama lain dalam kenanganku.
            Suara rintik hujan masih terdengar begitu menangkan dari balik selimut. Makin ku tarik selimut yang menutupi tubuh kurusku. Hanya kening dan mata yang tidak tertutupi. Samar-samar wajah ibuku terlihat dengan tenang tidur. Hujan selalu berhasil membuatku terbangun. Bangun dari tidur dengan mimpi indah yang selalu menjadi penghibur lara.
Sore hari selalu menjadi bagian dari hari yang paling indah. Dan sisi terbaik menghabiskan sebuah sore dengan hujan masih menemani adalah berkawan dengan kenangan. Jika kenangan tidak lagi membuatmu menangis atau sedih, itu berarti kamu cukup bersahabat dengannya. Itu yang selalu hatiku katakan pada logika ketika mata hendak menangis.
Setiap orang pasti punya orang yang dia sukai diam-diam. Saat kita ingat orang itu, kita merasa seperti sesak di dada, tetapi kita terus menyukainya. Walaupun aku tidak tahu dimana dia sekarang. Apa kabarnya? Tapi dialah yang membuatku seperti ini. Hal kecil yang disebut CINTA.
Empat bulan yang lalu, karena suatu sebab kenangan kembali bermain di kepalaku. Ada sesuatu hal yang tiba-tiba membuat sesak. Dia seolah menghantui beberapa lama, sebuah pertanyaan “Apa kamu sudah menikah?” terus melayang dan membuatku merasa bad mood. Jengkel pada diri sendiri karena sampai detik ini, masih juga rasa itu ada. Bahkan terkadang dia selalu sering menghampiri di jam-jam yang tidak tertentu. Seseorang yang dulunya sering ku panggil “Tuan Krab” karena setiap kali aku bertanya dia akan memintaku untuk mencari tahu sendiri, setiap kali aku berbuat kesalahan dia selalu menegurku dengan keras. Tuan Krab – ku yang entah bagaimana kabarnya sekarang.

Setelah 3 tahun ...

            Sebuah jawaban akhirnya ku dapat. Senang? Tentu ada sedikit perasaan senang, hanya sedikit. Wanita mana yang tidak akan senang jika tahu orang yang begitu dia sukai belum menikah. Walaupun aku tahu, jika wanita di dunia ini hanya tinggal aku, dia tidak akan memilihku sekalipun. Jangan tanya kenapa? Karena aku sendiripun tidak tahu jawabannya apa.
            Lalu, karena hal ini juga kembali kenangan memaksaku membaca beberapa pesan yang tidak pernah aku hapus. Ada alasan kenapa setiap kali sebuah pesan masuk mendarat diponselku, begitu aku selesai membacanya akan segera ku hapus. Bukan karena memorinya kini tidak cukup menampung banyak pesan, tapi karena ada pesan yang selalu ingin ku jaga agar tetap ada. Sebuah penyemangat untukku.

When message is only a message

            Jika saja waktu bisa diulang, aku ingin meminta pada Tuhan untuk tetap bisa terjebak di kehidupan kamu. Tetap bisa mengingatkan kamu, tetap bisa menunggu kamu. Tetap bisa mendengarkan suara nafas kamu ketika tertidur di ujung ponsel. Tetap bisa sama kamu.

Bittersweet memories

            Apa masih sering kamu mengingatku? Mengingat seseorang yang setiap pagi, siang dan malam sering mengirimkan sebuah pesan singkat bertuliskan “Jangan lupa sarapan ya kamu.” Atau “Ingat makan siang tepat waktu.” Dan “kamu sudah makan belum?”. Seseorang yang masih terus menunggu, walaupun beberapa kali kamu menegaskan untuk tidak menunggumu.

Menunggu itu melatih sabar loh

            Dan sekarang aku benar-benar kembali memikirkanmu. Memikirkan setiap detail tentangmu, tentang mimpi, tentang suaramu, tentang senyummu, tentang hal-hal yang berkaitan denganmu. Semua kembali mendarat di kepalaku. Semuanya. Dan apa sekarang aku masih boleh menelpon kamu, sama seperti yang kamu bilang tiga tahun yang lalu. Tepat ketika statusku di twitter berkata “Rindu” untukmu.

I'm thinking 'bout you know, may I make a call?

            Terima kasih untuk setiap keajaiban kecil yang kamu ajarkan, untuk segala hal yang membuatku bisa berubah menjadi lebih baik lagi. Untuk setiap kenangan indah yang kamu tititpkan. Untuk senyum, nasehat, dan nyanyian kamu ketika kita saling diam di telepon. Terima kasih untuk semangat yang terus kamu berikan sampai detik ini. Jika bukan karena mu, sekarang tidak akan pernah aku merasa sebaik ini dalam kehidupanku yang begitu membosankan. Dan terima kasih karena masih mengingat namaku.

How happy i am when you remember my name :)


            And now I Miss you, REYNALDI ACHMAD GUMILANG. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar