Tulisan hari ini gue gak pengen ngelucu atau sengaja di buat lucu. Tulisan kali ini gue pengen nulis secara serius ya ngitung-ngitung belajar bagaimana menjadi seorang yang lebay dan alay. Tulisan kali ini gue persembahkan untuk mereka yang masih bertahan dengan senyum menenangkan mereka. Untuk mereka yang selalu memaafkan bahkan ketika orang terdekat menyakitinya, untuk mereka yang senantiasa berdoa bagi orang-orang yang menolong sesamanya. Untuk mereka yang telah membagi rasa bahagia yang begitu sulit gue ungkapkan.
Hari itu juni sudah mulai melangkahkan kakinya di 2012, yah kali ini Juni terasa begitu cepat datangnya. Kadang gue ngerasa baru kemarin gue berumur 4 tahun eh tahu-tahu begitu buka mata gue udah bertambah tinggi juga bertambah tua. Ya, kata orang, "ketika umur kita sudah kepala dua maka itu artinya sudah tua kita." Ya, ketika orang itu ngomong kayak gitu gue cuma ngebales, "KITA??? Elo aja kali. Gue masih 19 tahun.".
Yah, Juni datang dan akan berlalu dengan begitu cepat. Ketika bulan Juni datang gue selalu berharap Juni gak berlalu secepat apa yang gue bayangkan. Tapi nyatanya waktu memang terlalu cepat berlalu, kadang kala banyak hal yang terlewat begitu saja tanpa kita sadar bahwa momen-momen penting dalam hidup kita juga ikut terlewat. Misalnya, momen ketika kucing tetangga melahirkan, momen ketika ngutang terus lupa bayar utang atau momen ketika petugas listrik dengan muka bringasnya mau nyabut paksa listrik di rumah saking telatnya bayar listrik (yang ini pengalaman pribadi).
Seminggu sebelum 28 Juni datang, gue sempat berfikir dimana gue bakalan ngerayain ulang tahun gue? Tadinya gue pengen ngerayain dengan cara ngumpulin para pengemis yang kakinya buntung sepanjang jalan lalu gue ajak makan dimana aja yang mereka mau. Tapi begitu gue ngedata, ternyata pengemis di jalanan sepanjang kota Makassar itu hampir mencapai .... ah sudahlah. Kali ini ide pertama gue batalin, gue pikir mereka bisa nyari uang bahkan dengan kondisi yang cacat, itu artinya semangat juang mereka untuk mencari nafkah masih ada.
Lalu, ide gila itu datang lagi, Rencana kedua candle light dinner bareng tukang parkir, ide ini buru-buru gue tepis takutnya begitu selesai makan si tukang parkir malah jatuh cinta sama gue. Kan gak lucu kalau tiap malam minggu gue harus bilang, "Mas, berhenti ngatur-ngatur hidup aku." sama tukang parkir yang lagi markirin mobil.
Lalu tanpa di duga adek gue dateng dengan sebungkus martabak lalu bilang "Itu harganya 20 rebu. Ganti ya" Untuk beberapa saat gue rasanya pengen nyemplungin adik gue di sumur tapi syukur dia langsung ngomong "bercanda". Kami emang selalu ngabisin malam dengan ngobrol, yah gue suka ngobrol dengan adik gue. Ada kalanya dia jauh berfikir dewasa di banding gue, dan pastinya dia jauh lebih gemuk di banding gue. Malam itu perkataannya bagai sebuah Oase di padang pasir tandus, dia berkata "Rayain di panti asuhan saja."
Yah, itulah adik gue. Walaupun makannya banyak otaknya juga jenius, dan lagi harus gue akui dia jago banget bahasa inggrisnya di banding gue. Berat badan juga berlebihan sih, oh iya dia juga kalau tidur mirip Si komo lagi goyang patah-patah.
***
Tanggal 28 juni akhirnya menghampiri, acara ulang tahun gue di undur hingga tanggal 30. Sebenarnya gue ngundur karena gue gak pengen ngerayain ulang tahun gue sendirian. Gue pengen ada seseorang yang nemenin gue yang gue pengen adik gue juga ikut. Yah, tepat dua hari berlalu. 30 Juni akhirnya menghampiri, seperti postingan gue sebelumnya anak-anak panti asuhan sangat ingin makan ayam goreng KFC dan hari itu gue bagai ibu peri yang mewujudkan keinginan mereka.
Rumah kecil tempat tinggal 27 anak dan seorang pengurus panti menjadi tempat persinggahan gue untuk membagi rasa bahagia kepada anak-anak yang kurang beruntung itu. Sore hari dengan busana seadanya tentunya dengan jilbab dan rok seperti biasa gue datang tanpa membawa apa-apa. Dari kejauhan gue bisa ngeliat wajah anak-anak bertanya-tanya "Kemana ayam goreng KFC yang kakak janjikan?".
Gue masih berusaha tersenyum menahan tangis ini agar tidak tumpah. Melihat mereka yang masih kecil dengan cobaan yang begitu berat rasanya tidak tega. Gue ngucapin salam seperti biasa ketika gue bertamu di rumah orang-orang, Ibu pengurus panti menyambut dengan senyum ramahnya meminta gue duduk di ruang tamu yang kecil dengan beberapa sofa yang tampak memenuhi ruangan.
Adik-adik mulai berdatangan dan mulai duduk dengan rapi di samping gue maupun di samping si Ibu pengurus panti. Gue menjelaskan mengenai keterlambatan makanan yang gue pesan dan mereka memakluminya. Tawa itu masih menghiasi wajah mereka, beberapa dari mereka ada yang sibuk bermain bola di halaman panti yang kecil dan beberapa dari mereka sedang sibuk memasang kipas angin di kamar yang sudah tampak penuh dengan ranjang susun dan lemari susun.
Gue mulai nanya-nanya apakah anak-anak disini masih memiliki orang tua atau mereka memang sudah yatim piatu sejah lahir? Ibu pengurus panti hanya berkata "Beberapa dari mereka keluarganya bercerai, Ibunya nikah lagi jadi anaknya di titipkan disini. Ada juga yang ayahnya nikah lagi lalu anaknya di titipkan disini. Yah, bisa di bilang anak-anak disini semua dititipkan karena kondisi ekonomi. Hanya dua atau tiga anak yang benar-benar yatim piatu."
Ada rasa marah di hati ini begitu mendengar kalimat si Ibu pengurus panti. Apa yang salah dari anak mereka hingga kondisi ekonomi di jadikan alasan untuk membiarkan darah daging sendiri di urus oleh orang lain. Gue masih diam memandangi satu persatu wajah lugu anak-anak itu. Salah satu anak bernama Muti menarik perhatianku, anak itu jarang bicara dia hanya ngomong jika di tanya. Anak secantik itu di tinggalkan oleh ayahnya karena kondisi ekonomi. Walaupun kadang kala ayahnya masih sering menjenguknya bahkan mengajaknya liburan tapi gue masih gak habis pikir orang tua mana yang tega nitipin anaknya hanya karena kondisi ekonomi?
"Tapi ada yang lebih parah loh dek. Harnia, waktu baru datang disini dia tampak anak idiot. Selalu ngeces, bahkan di tubuhnya banyak luka dan lebam. Ibunya sendiri yang mengantarkannya." Lanjut si Ibu pengurus Panti. "HARNIA! Sini dulu nak, kakak mau ngobrol sama kamu." Si Ibu memanggil Harnia.
Harnia duduk di samping gue, gue ngeliat memang anak ini terlihat sedikit aneh. Jika dia menatap seolah matanya kosong, gue gak bisa berkata-kata lagi melihat anak itu. Si Ibu yang bertanya dengan cakapnya. Harnia menjawab satu persatu pertanyaan ibu asuhnya itu. Sementara gue hanya bisa menangis mendengar percakapan itu. Air mata siapa yang gak bakalan menetes ketika mendengar seorang anak berkata, "Ibu yang membawaku kesini. Ketika ibu marah dia pernah menginjak-injak tubuhku, bahkan sering kali memukuliku. Dia bilang dia sudah bosan menyiksaku makanya membawaku kesini."
Gue emang terlampau cengeng ketika mendengar ketidakadilan seperti ini, apalagi anak kecil yang gak tahu apa yang menjadi sasaran kekerasan. Pengen rasanya gue nabok ibu Harnia sampe mencret tapi sayang gue gak pernah ketemu dengan emaknya. Dan terlebih lagi, Harnia sudah memaafkan ibunya. Ibunya pernah berkunjung untuk menjenguk Harnia dan gue salut walau bagaimana Harnia disakiti emaknya dia tetap bisa memaafkan orang yang melahirkannya. Memaafkan adalah suatu perbuatan yang mulia.
Satu hal yang gue salut dari anak-anak panti asuhan ini, bagaimanapun mereka di telantarkan oleh keluarga mereka, mereka selalu memaafkan keluarga mereka. Bahkan tadi ketika salah seorang anak jajan dia masih mengingat kakaknya dan menyimpan satu pita rambut untuk saudaranya yang tinggal dengan ayah dan ibunya. Yang membuat gue salut adalah Ibu pengurus panti ini, dia mengajarkan banyak hal ke anak-anak ini, dia mengajarkan agama dan bagaimana mengamalkannya. Dia mengajarkan memaafkan dengan ikhlas dan terus menjaga tali silaturahim walau banyak cobaan yang datang kepada anak-anak. Dia mengajarkan anak-anak untuk berbuat jujur, tanggung jawab, dan berbuat baik kepada sesama.
Gue masih ingat yang ibu pengurus panti katakan, "Saya selalu nasehatin anak-anak disini dek, saya ngajarin mereka untuk berbagi juga. Biar mereka juga belajar, ada kalanya kita juga harus memberi bukan terus-terusan menerima." [ ]
Yah, itu sedikit kisah yang bisa gue bagi untuk kalian para pembaca setanah butung. Lain kali gue lanjutin cerita tentang anak-anak disana. Malam ini gue fokuskan untuk cerita pengalaman gue ngerayain ulang tahun dengan anak-anak panti asuhan. Satu saran gue buat kalian yang punya duit berlebihan banget, lain kali cobalah membagi kebahagiaan dengan merayakan ulang tahun di panti asuhan. You know guys, bahagia itu beda dengan senang. Ngumpul dengan teman-teman mungkin membuat kita senang, tapi ketika kita memberi kebahagiaan kepada mereka yang ingin merasakan kesenangan maka rasa bahagia itu akan datang di hati dan membuat kalian bersyukur telah bertemu dengan mereka yang selalu berjuang.
Akhir kata gue tampilin foto gue bareng anak-anak lucu yang menggemaskan itu. Ini keluarga baru gue, adik-adik baru gue, dan insya Allah salah satu diantara mereka akan menjadi anak gue :)
![]() |
| Keep Fighting dek, makasih doanya kakak sayang kalian :D |

Tidak ada komentar:
Posting Komentar